Sunday, June 07, 2009

Audiobook

Audiobook.
Siapa sih, saat ini yang tidak mengenal salah satu bentuk ebook (electronic book -- buku elektronik) ini? Bahkan pengguna komputer paling sederhanapun saya rasa tahu, minimal pernah mendengar. Ada banyak format audiobook di internet, namun saya rasa yang paling terkenal adalah audible (berekstensi aa), mp3, m4b, wma (format-format ini merupakan format berbayar --proprietary) dan ogg vorbis (format bebas). Setiap format memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Format audible dan m4b misalnya, memiliki kemampuan untuk memasukkan data chapter dari buku tersebut. Format ini juga mendukung pemasukan data lain ke dalam tag-nya, misalkan picture art untuk tiap-tiap chapter, dsb. Mp3, merupakan format yang paling dikenal pengguna komputer, dari pengguna advance hingga pemula. Pada dasarnya, mp3 tidak memiliki kemampuan untuk ditandai pembagian chapter, namun saat ini sudah ada perangkat lunak yang mampu membuat file mp3 dengan chapter tag. Ogg, yang merupakan kontainer produk opensource, pada dasarnya juga belum memiliki kemampuan untuk chapter tag, namun hal ini tidak membatasi ogg untuk digunakan sebagai audiobook.

Dari sisi player, tiap-tiap format umumnya memiliki pemutar khusus yang dikeluarkan oleh pihak pembuat format, walau kita tidak diharuskan menggunakan pemutar tersebut. Audible misalnya, memiliki audible player yang dapat diunduh secara gratis di situs resmi audible. Mp3 sudah tidak perlu ditanya lagi, hampir semua perangkat lunak pemutar suara dapat memutar format ini, baik secara out of the box, maupun dengan plugin atau codec tambahan. Ogg, walaupun terbilang kurang populer di Indonesia, juga sudah banyak didukung player audio. Begitu juga m4b, walau apple memiliki pemutar suara yang powerfull berupa itunes. Dengan itunes, kita dapat menikmati fasilitas chapter tag dengan lebih leluasa. Untuk wma, bisa diputar menggunakan perangkat lunak bawaan sistem operasi buatan Microsoft: Windows Media Player.

Untuk dukungan hardware, harus diakui, format mp3 adalah format yang paling luas dukungannya. Kita dapat menjumpai peralatan yang dapat memutar format ini mulai dari harga 200 ribu (dengan mengesampingkan kualitas tentunya), hingga jutaan rupiah. Ogg juga sudah mulai banyak didukung, namun biasanya anda perlu melihat dengan jeli apakah pemutar suara yang akan anda beli sudah mendukung atau belum. Sepanjang sepengetahuan saya, player paling murah yang mampu memutar ogg masih relatif lebih mahal, dengan harga 400 ribu keatas. Bandingkan dengan player mp3 merek nggak jelas yang dijual dengan harga mulai dari 200 ribu. Audible bernasib sama dengan ogg. Bahkan lebih jarang lagi. Anda harus lebih teliti lagi jika ingin menemukan dukungan terhadap format ini. Untuk format m4b, player yang paling terkenal tentunya adalah player keluaran apple, ipod (suffle, nano, classic, touch) dan iphone. Siapa sih, yang nggak kenal dengan player ini?!

Awal Petualangan.
Beberapa bulan yang lalu, saya mendapatkan beberapa berkas audiobook berformat m4b. Saat itu tidak menjadi masalah, karena di PC saya terpasang itunes, dan foobar2000 (saya lebih prefer foobar2000 karena jauh lebih ringan dan kualitas suara lebih baik). Saya bisa dengan mudah menikmati audiobook tersebut sembari melakukan aktivitas lain. Kebetulan, bulan lalu saya membeli player audio keluaran Sandisk, Sansa Clip dengan kapasitas 2 Giga. Dari spesifikasinya, perangkat ini mampu memutar format mp3, wma, wav, dan yang menarik, audible. Dari informasi di salah satu forum audiophile lokal, saya melakukan update firmware untuk menambahkan dukungan terhadap ogg dan FLAC. Sweee~eet....
Sansa CLip ini memiliki submenu audiobook, dengan fitur penyimpanan posisi terakhir, pembacaan chapter dan perubahan kecepatan baca. Dari hasil browsing internet, saya mendapat keterangan bahwa format audiobook yang dapat dibaca tidak hanya audible saja, melainkan juga ogg, mp3 dan wma. Untuk dapat dikenali sebagai audiobook, berkas-berkas audiobook-nya harus dimasukkan ke dalam folder audiobook di file system Clip.

Tertarik.
Berhubung Clip saya memiliki fitur audiobook, terbersit keinginan untuk memasukkan beberapa buku suara saya. Namun masalahnya, format buku yang saya miliki adalah m4b, sedangkan Clip tidak memiliki dukungan terhadap format tersebut. Akhirnya saya bertanya ke mesin pencari favorit saya, dan hasilnya: nihil. Oke, ganti kata kunci. Ops, ada satu yang menarik. Saya buka tautannya, dan dihadapkan pada satu situs. Di situs tersebut dituliskan dua cara: yang pertama adalah dengan menggunakan fitur penulisan cd di itunes dan cara kedua adalah dengan menggunakan virtual drive. Cara pertama kurang praktis, karena cara ini mengharuskan kita untuk merubah format m4b ke audiocd dengan menggunakan itunes. Di situ diperingatkan bahwa cara ini membutuhkan banyak cd. Selain itu, penulisan ke cd akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Belum lagi proses ripping dari cd ke format yang kita inginkan. Oke, pindah ke cara kedua. Cara ini menggunakan perangkat lunak, yang akan memasang virtual drive di PC. Masih mirip membutuhkan itunes untuk menulis cd, namun cd yang ditulis adalah cd virtual yang disediakan perangkat lunak tadi. Hm, menarik. Saya langsung unduh software-nya, dan saya pasang. Lalu saya coba konversi satu buku. Sayangnya, software-nya merupakan software berbayar, dan versi demo-nya hanya mampu merubah tiga menit pertama tiap-tiap berkas. Saya coba cari software yang serupa tapi freeware, dan hasilnya tidak ada. Frustasi, saya stop dulu pencarian saya.

Mencoba Lagi.
Beberapa hari lalu, keinginan memasukkan audiobook ke Clip kumat lagi (hehehe). Saya iseng convert dari m4b langsung ke ogg. Jadinya satu file yang besar, sedikit lebih besar dari berkas aslinya. Sayangnya kemampuan pembagian chapter-nya hilang. Dan lagi, file tersebut tidak dapat diputar oleh Clip saya karena terlalu besar. Memang sih, bisa dipotong menjadi beberapa bagian, tapi saya maunya berkas dipotong berdasarkan chapter. Dan saya terlalu malas untuk mengedit berkas tersebut secara manual dengan Audacity hehehehe. Akhirnya saya melakukan pencarian di internet lagi. Kali ini dengan kata kunci berbeda: audiobook splitter. Hasilnya beraneka ragam. Dari hasil penelusuran, kesimpulan saya adalah tidak ada software gratis yang mampu merubah format sekaligus memotong berdasarkan chapter secara langsung. Hmm, jadi frustasi. Eits, tiba-tiba mata saya melihat tautan menarik. Langsung saya buka. Tautan tadi mengantar saya ke forum, di situ ada yang menyarankan untuk merubah format secara manual, kemudian menggunakan software lain yang dapat memotong berkas yang dihasilkan berdasarkan silence atau jeda. Wah, benar juga ya, kan tiap pindah chapter selalu ada jeda kosong selama kurang lebih 2-3 detik. Oke, harapan baru.

Saya meneruskan pencarian, kali ini mencari software splitter/cutter yang mendukung pemotongan otomatis berdasarkan jeda. Ada satu yang menarik, sayangnya diversi gratisnya fitur ini dikunci. Kembali saya melakukan pencarian. Ada satu tautan menarik yang (lagi-lagi) mengantar saya ke suatu forum. Di situ ada yang berbagi saran sebuah software gratis yang mampu memotong berdasarkan jeda. Tanpa ba-bi-bu langsung saya download. Akhirnya.... Trims Tuhan.... Saat saya hendak menutup browser saya, mata saya tertuju ke salah satu tautan lain, yang menuju ke suatu forum (lagi!!!!). Di post forum tersebut, ada yang merekomendasikan satu software bernama XRECODE, yang mampu merubah format m4b ke berbagai format DAN memotong file berdasarkan jeda secara OTOMATIS. Dan yang lebih penting, GRATIS! hehehehe.....

Akhirnya, saya menemukan cara yang lebih praktis. Hanya dengan satu software, semua kebutuhan saya terpenuhi. Langsung saya download, install, dan jalankan. Tampilannya sederhana, dan loading-nya sangat cepat. Langsung saya klik Open (dukungan format file-nya luar biasa banyak, dari mp3, ogg, flac, avi, flash hingga divx), lalu saya tunjukkan lokasi berkas audiobook saya, kemudian saya pilih output (Destination Format --ada mp3, wma, ogg, ape, flac, wavpack, aac, alac, hingga wav) sebagai OGG, saya klik Settings, saya set parameter sebagai berikut:

Kenapa hanya 96 Kbps MAKS???? Sebab audiobook m4b saya merupakan file aac vbr dengan bitrate maksimal hanya 96 kbps. Buat apa saya setting output ke bitrate yang lebih tinggi, toh hasilnya sama saja (mengenai konversi format akan saya bahas di post lain). Lalu saya cari-cari tempat setting auto-split berdasar jeda. Saya lihat ada pilihan Preprocess dengan pilihan Enable dan Settings. Saat saya klik Settings, voila, disinilah pilihan tersebut berada.

Jeda saya setting ke 2 detik minimal, dan Piece must be at least ke 180 seconds long, sebab saya khawatir kalau nanti ada jeda yang agak lama ditengah, akan dibaca sebagai pergantian chapter. Lalu saya klik ok. Tanpa tunggu macam-macam, langsung saya klik Start. Sesaat kemudian muncul jendela peringatan yang isinya peringatan pemotongan berdasarkan jeda belum di dukung untuk format m4b. Olala... Damn!!! Gagal lah rencana saya. Setelah berpikir sebentar, akhirnya saya putuskan untuk ambil rute agak memutar. Saya rubah dulu m4b saya ke mp3, lalu saya rubah lagi ke ogg sekaligus dipotong berdasarkan jeda. Saya sempat coba convert ke wav, tapi ternyata wav juga belum didukung fitur auto-split. Setelah menunggu beberapa lama (sekitar 30 menit --sangat cepat, jika dibandingkan konversi menggunakan PC jadul saya yang P4 single-core dengan RAM 512 Mega. Saya menggunakan Laptop dengan prosesor Pentium Dual Core yang berbasis Core2Duo dengan RAM 1 Giga), jadilah audiobook dalam format mp3. Langsung saya rubah dengan XRECODE ke format ogg dengan fitur auto-split dinyalakan. Setelah mengunggu kurang lebih 45 menit, akhirnya selesai sudah, audiobook saya sudah dalam bentuk ogg dengan file terpotong tiap chapter. Langsung saya masukkan Clip, dan saya nikmati. Huff... nikmat... Hehehehe....


Semoga pengalaman saya bermanfaat untuk anda yang membutuhkan.

4 comments:

ArIf said...

Bermanfaat.

Tapi buku kertas tidak bisa mati, tetap. Analoginya sederhana saja: "Floppy" drive, yang sekarang sudah makin sulit ditemukan di komputer-komputer baru. Andai suatu ketika format-format (prop) tsb dihentikan dukungannya, maka bubarlah sudah.. :P

Hidup buku! Apalagi yg gratis. I love gratis, gratis is my life! Hehehe...

Pan said...

Yap. benul. Ga ada yg bsa ngalahin nikmatnya baca buku. Soalnya imajinasi dan intepretasi kita kan beda ma orang lain. Tapi mayan lah, bsa nglatih listening skill. Ma selingan klo dah bosen denger lagu. tapi emang seru, beda bngt ngedengerin orang ma baca sendiri (ya iya lah...)

Pan said...

btw, Hidup buku gratis (juga)!!!! Hehehe.... Ku jga suka bngt tuh, buku gratis.... (pss pss... di torrent banyak audiobook loh.... tapi tanggung ndiri yah, dosanya.... )

Anonymous said...

Hai... saya baru membaca artikel anda ttg audiobook. Sangat menarik dan spertinya anda telah menciptakan audiobook sendiri.. Saya juga berkeinginan untuk melakukan yang sama tapi masih sangat dangkal pengetahuan saya. Apakah ada referensi buku mengenai seluk beluk untuk membuat suatu audio book? karena sepertinya cukup ribet, misalnya harus memikirkan hak paten sebuah musik bila ingin menggunakan lagu tsb, dll.

Btw, saat anda membuat audiobook, direkam pakai apa? apakah kualitasnya bagus??


Stella.