Saturday, November 13, 2010

Cardapio: Pengganti Gnome-Menu

Menu yang disediakan gnome berfungsi, tapi sayangnya penampilannya kurang menarik. Alternatif lain, GnoMenu, memiliki tampilan yang menarik, dengan kemampuan mengganti tema. Yang kurang menyenangkan adalah sifat menunya yang seperti kick-off menu di KDE 4, sub-menu tertutup menu diatasnya. Membuat akses menjadi kurang praktis. MintMenu (menu yang dipergunakan LinuxMint) hampir sesuai (dengan keinginan saya), hanya ukurannya yang terlalu besar membuatnya kurang enak dilihat (setidaknya menurut saya). Kalau saja jumlah panel dikurangi....

Saya kemudian menemukan Cardapio, sebuah pengganti menu di gnome. Pertama kali lihat, saya langsung berpikir "INI DIA!" Pas sesuai keinginan saya: menu dua panel yang sederhana, penyatuan penjelajah dengan menu, akses aplikasi yang sederhana, kemampuan untuk menindih aplikasi yang sering dipergunakan. Sebenarnya msih banyak fitur cardapio seperti pencarian internet, pencarian berkas, dll, tapi fitur yang paling penting (untuk saya) adalah yang disebutkan diawal.

Cardapio dapat dipasang di (Ubuntu dan turunannya) dengan cara mengetik perintah berikut di terminal:

sudo add-apt-repository ppa:cardapio-team/unstable
sudo apt-get update
sudo apt-get install cardapio
Untuk cara pemasangan di distribusi lain dan untuk menambah fitur pencarian berkas bisa dilihat di Launchpad Cardapio.
Setelah selesai, silakan tambah Cardapio di panel. Jika Cardapio tidka muncul di daftar applet, silakan restrat linux anda.

Contoh tangkapan layar Cardapio:

Selamat mencoba!

Friday, November 12, 2010

Review: The Black Jewels Trilogy

Apa yang kamu lakukan, saat seseorang mengatakan padamu, bahwa mimpimu sudah datang? Itu lah yang dialami oleh Daemon Sadi, seorang pleasure slave di sebuah court di Terrelile. Dari situlah sebuah pintu gerbang dibuka, gerbang menuju satu dunia dimana intrik politik berpilin dengan skema-skema jahat, mimpi, ambisi, dan kekuatan. Gelap, hitam, menggetarkan, tetapi juga cantik, indah, dan bersinar. Dunia dimana Blood berkuasa, dimana Darkness dipuja dan dihormati.

The Black Jewels Trilogy mengisahkan tentang tiga dunia: Terreille, Kaeleer dan Hell, dengan sudut pandang dari Saetan D. SaDiablo, Daemon Sadi dan Lucivar Yaslana, dan bagaimana petualangan dan perjuangan yang dilalui mereka saat Witch (Jaennelle Angeline), perwujudan dari mimpi, dan harapan, semua Blood (dari segala ras) di Dark Realm. Bagaimana perjuangan mereka mendukung Witch menghadapi cemaran yang disebarkan oleh Dorothea SaDiablo, High Priestess of Hayll, dan Hekatah SaDiablo, Dark Priestess (atau juga High Priestess of Hell).

Anne Bishop, penulis trilogi ini, berhasil membangun gambaran dari dunia tempat cerita ini berlangsung dengan sangat indah, detil, dengan penokohan karakter yang bagus. Beliau berhasil membangun suatu dunia lengkap dengan sistem kastanya, dengan sistem magisnya, dan detil-detil lainnya dengan indah. Karakter-karakter utama terbangun dengan rapi, dengan karakter sampingan dibuat cukup lengkap, walaupun mungkin kurang dalam. Untuk anda pembenci magis ala Harry Potter, anda akan menemukan magis gaya lain di sini. Di dunia The Black Jewels Trilogy, craft (istilah untuk sihir di sini) adalah cara untuk menggunakan kekuatan yang di miliki oleh Blood (sebutan untuk sebagian kecil dari ras di Dark Realm yang memiliki kekuatan). Di sini tidak ada tongkat sihir, mantra-mantra sihir, hewan sihir, buku yang menggigit, sapu terbang (walau memang ADA kereta yang bisa melayang) dan sebagainya. Kekuatan yang dimiliki disimpan di dalam permata (Jewels) dengan warna (dan jumlah) dari permata menentukan seberapa dalam 'sumur' kekuatan yang dimiliki. Ada tiga belas warna permata, dari putih yang paling dangkal, hingga hitam yang paling dalam. Oh, dan ada permata bening (yang tidak mewakili taraf kekuatan) dan Ebony, permata yang dimiliki Witch.

Intrik-intrik dibuat dengan tajam, antara politik; cinta; pertemanan, aliansi hingga perseteruan. Dan bumbu erotis (oh yah, tidak ada yang lebih 'panas' selain bumbu erotis di beberapa tempat) dan 'cool moment' dan 'cool thing' dan 'oh, shit! moment' dalam jumlah yang cukup (baca: sangat) banyak. Jangan lupa adegan-adegan yang sangat romantis, atau sangat menyentuh hati, atau yang membuat gregetan.

Cerita berjalan dengan kecepatan yang berubah-ubah, terkadang cepat, terkadang lambat, terkadang santai. Anne Bishop sangat pandai meramu saat-saat cepat, dengan saat-saat lambat, yang membuat saya terkadang begitu geregetan, dan penasaran, ingin segera membaca akhir cerita. Dan di akhir cerita, dengan sukses membuat saya ketagihan dan ingin membaca lagi.
Highly Recomennded!

Friday, October 29, 2010

Conk Colors: Konfigurasi Conky dalam Sekejap

Masih mengenai conky, kali ini saya ingn membahas sebuah program wizard yang memudahkan pembuatan konfigurasi conky. Dan hasilnya juga cukup bagus. Cocok untuk anda yang tidak ingin conky yang ribet dan untuk pemula.
Langkah pertama, pasang conky dan perlengkapannya terlebih dahulu. Conky dapat dicari di repositori distribusi linux yang anda gunakan, atau gunakan ppa. Caranya:

  1. Menambah ppa conky: buka terminal, lalu ketik:
    sudo add-apt-repository ppa:norsetto/ppa
    sudo apt-get update
    catatan: untuk pengguna Maverick, jangan gunakan ppa ini, karena conky colors tidak akan bisa berjalan dengan benar!
    Pasang conky dengan perintah:
    sudo apt-get install conky-all

  2. Pasang kebutuhan lain Conky Colors:
    sudo apt-get install python-statgrab ttf-droid curl
    Jika anda ingin conky anda menampilkan informasi perangkat keras anda:
      sudo apt-get install lm-sensors hddtemp
    Kemudian setting lm-sensors:
    sudo sensors-detect
    Jawab semua pertanyaan dengan "Y", dan jalankan perintah berikut:
    sudo /etc/init.d/module-init-tools start
    Untuk pengguna Lucid, agar hddtemp berjalan dengan baik, jalankan perintah berikut:
    sudo chmod u+s /usr/sbin/hddtemp
    Kemudian restart komputer anda.

  3. Conky colors dapat diunduh di sini. Setelah unduh, ekstrak ke satu tempat yang anda sukai, kemudian pindahkan tempat kerja terminal anda ke dalam folder tempat anda mengekstrak Conky Colors tadi (gunakan perintah cd di terminal).
    1. Buat berkas executable dengan perintah:
      make

    2. Untuk melihat semua pilihan yang tersedia di Conky Colors, gunakan perintah berikut:
      ./conky-colors --help
      Untuk membuat konfigurasi conky, jalankan perintah "./conky-colors" diikuti dengan pilihan-pilihan yang anda inginkan. Contohnya perintah conky saya:
      ./conky-colors --lang=english --theme=elementary --cpu=1 --cputemp --swap --updates --hdtemp1=sda --proc=3 --clock=modern --calendar --m --network --ubuntu --weather=IDXX0022 --weatherplus
      Catatan: jalankan perintah di atas dalam satu baris!

    3. Setelah selesai, jalankan perintah berikut untuk menimpa berkas .conky anda (berkas konfigurasi default conky) dengan berkas konfigurasi baru yang tadi anda buat:
      make install
      Jika anda tidak ingin menimpa berkas asli anda, anda bisa mendapatkan berkas konfigurasi baru anda di dalam folder tempat anda mengekstrak Conky Colors.
Contoh tampilan hasil Conky Colors dengan perintah yang saya gunakan:

Selamat mencoba!

Thursday, October 21, 2010

Audio on Linux: Another Soul Searching

Hahahaha... judul yang lebay, selebay teman saya di Diaz (sorry Yaz!!!). Masih dengan pencarian perangkat lunak pemutar musik di linux dengan kelangkapan minimal sama dengan the almighty foobar2000. Awalnya, dari iseng baca-baca artikel-artikel di sini, saya bertemu beberapa perangkat lunak pemutar musik yang belum pernah saya dengar. Setelah berputar-putar, ketik sana sini dan unduh sana-sini, menunggu proses scanning koleksi musik, dll dsb, akhirnya saya bertemu pemutar musik dengan fitur paling mendekati dengan kebutuhan saya: Foobnix (dalam bahasa Rusia).
Pemasangan cukup mudah, tinggal unduh berkas pemasang dari situs  Foonix, lalu pasang. Pastikan semua dependensi terpenuhi.

Tampilan Foobnix kira-kira seperti ini:

 Tampilan dua panel: music tree dan playlist.

 Tampilan jendela konfigurasi.

 Tampilan tiga panel: Music Tree, Playlist dan Info Panel.

 Tampilan tiga panel: Music Tree, Playlist, dan Lyric Panel.

Tampilan diatas merupakan menu yang akan muncul jika kita melakukan klik kanan icon Foonix di tray.

Masih ada satu panel lagi, yaitu panel pencarian secara online. Fitur-fitur yang disediakan cukup banyak, termasuk fasilitas streaming lagu dari internet juga. Pendaftar koleksi lagu dibuat berdasarkan folder tempat kita menyimpan lagu, tidak berdasarkan tag. Foonix juga mampu membaca berkas CUE (ini dia fitur yang sangat saya suka), dengan dukungan format lain cukup banyak, bahkan juga mampu membaca berkas video juga.

Dibandingkan dengan DeaDBeeF yang saya bahas beberapa waktu lalu, Foonix ini menang di sisi kemampuan untuk menampilkan koleksi lagu dan fitur-fitur tambahan (las.tfm, lirik, dll). Dari sisi tampilan, keduanya seimbang, ringan, sederhana tapi masih relatif kurang fluid, belum seperti perangkat lunak yang lebih mapan. Tapi masih mendapat predikat RECOMMENDED dari saya.



Catatan: tangkapan layar di atas diambil dari linux saya yang menggunakan Global-menu-applet yang memindahkan menu-menu program ke gnome-panel. Normalnya, menu-menu Foonix berada di sebelah kiri ikon-ikon kontrol (putar, tunda, berhenti, dsb)

Saturday, October 09, 2010

My Conky Config

Utak-atik konfigurasi conky itu menarik, jika tau caranya. Tapi buat yang malas, atau baru pertama mencoba, utak-atik konfigurasi conky bisa membuat stress. Untungnya, ada banyak konfigurasi conky yang diberikan secara cuma-cuma di internet. Saya sendiri menggunakan konfigurasi dari internet untuk kemudian saya edit sendiri. Konfigurasi asli yang saya gunakan dapat dilihat di sini.
Milik saya:
# — Conky settings — #
background no
update_interval 1

cpu_avg_samples 2
net_avg_samples 2

override_utf8_locale yes

double_buffer yes
no_buffers yes

text_buffer_size 1048
imlib_cache_size 0

# — Window specifications — #

own_window yes
own_window_type override
own_window_transparent yes
own_window_colour 3B3B3B
own_window_hints undecorate,sticky,skip_taskbar,skip_pager,below

border_inner_margin 0
border_outer_margin 0

minimum_size 250 0

alignment top_right
gap_x 10
gap_y 40

# — Graphics settings — #
draw_shades no
draw_outline no
draw_borders no
draw_graph_borders no

# — Text settings — #
use_xft yes
xftfont Aller:size=10 #D3 Euronism:size=10
xftalpha 0.8

uppercase no

default_color #3f3e3a ffffff#

TEXT

${voffset 0}${alignc}${font ConkyWeather:size=82}${execi 600 conkyForecast --location=IDXX0022 --datatype=WF}${font}

${voffset -50}${font Weather:size=40}y${font} ${voffset -38}${font Arial Black:size=22}${execi 600 conkyForecast --location=IDXX0022 --datatype=HT}${font}

${voffset 0}${font}Barometer Tendency: ${alignr}${execi 600 conkyForecast --location=IDXX0022 --datatype=BD}
${voffset 0}Humidity: ${alignr}${execi 600 conkyForecast --location=IDXX0022 --datatype=HM}
${voffset 0}${font}Wind Speed: ${alignr}${execi 600 conkyForecast --location=IDXX0022 --hideunits --datatype=WS} km/h ${execi 600 conkyForecast --location=IDXX0022 --hideunits --datatype=WD}
${voffset 0}Daylight: ${alignr}${execi 600 conkyForecast --location=IDXX0022 --datatype=SR} - ${execi 600 conkyForecast --location=IDXX0022 --datatype=SS}

${font}${execi 600 conkyForecast --location=IDXX0022 --datatype=MP}
${voffset -30}${alignr 42}${font MoonPhases:size=28}${execi 600 conkyForecast --location=IDXX0022 --datatype=MF}${font}

${font weather:size=28}x${font} HDD: ${alignr 2}${execi 5 ~/.conky/hddmonit.sh} °C
${voffset -35}CPU: ${alignr}${acpitemp}°C


${if_up ppp0}${font PizzaDude Bullets:size=14}v${font Aller:size=10} 3G Up: ${alignr}${upspeed ppp0}
${font PizzaDude Bullets:size=14}r${font Aller:size=10} 3G Down: ${alignr}${downspeed ppp0}${else}${font PizzaDude Bullets:size=14}4${font} 3G Modem Disconnected ${endif}
${if_existing /sys/class/net/eth0/operstate up}${font PizzaDude Bullets:size=11}M${font Aller:size=10} LAN Up: ${alignr}${upspeed eth0}
${font PizzaDude Bullets:size=11}S${font Aller:size=10} LAN Down: ${alignr}${downspeed eth0}${else}${font PizzaDude Bullets:size=11}4${font Aller:size=10} LAN Disconnected ${endif}
${if_up wlan0}${font PizzaDude Bullets:size=11}M${font Aller:size=10} WifiUp: ${alignr}${upspeed wlan0}
${font PizzaDude Bullets:size=11}S${font Aller:size=10} Wifi Down: ${alignr}${downspeed wlan0}${else}${font PizzaDude Bullets:size=11}4${font Aller:size=10} Wifi Disconnected ${endif}

${font StyleBats:size=11}A${font Aller:size=10} CPU1: ${alignc}${cpu cpu0}% | ${alignr}CPU2: ${cpu cpu1}%
${voffset -2}${font Poky:size=14}Q${font Aller:size=10} ${voffset -6}Battery: ${alignr}${battery}
${font PizzaDude Bullets:size=14}J${font Aller:size=10} FREE/RAM ${alignr}$mem / $memmax

${font StyleBats:size=16}P${font Aller:size=10} Work: ${alignr}${uptime_short}


Untuk menggunakan konfigurasi ini, salin dan tempel konfigurasi diatas ke editor teks, kemudian simpan. Jalankan conky dengan perintah:
conky -c berkaskonfigurasianda
Silakan baca ini dan ini untuk informasi lainnya. Berbagai konfigurasi conky bisa dilihat di sini dan di sini. Berbagai variabel conky lainnya bisa dilihat di sini.

Hasil conky saya:

 

Tema yang dipergunakan Equinox Wide dengan icon Faenza-Dark (dapatkan keduanya di sini. Preview window di taskbar merupakan fasilitas dari DockBarX, bukan dari compiz-fusion. Untuk mengaktifkannya: klik kanan DockBarX applet di panel > Properties > Popup Window > Previews > Show previews. Ubah ukuran preview sesuai selera anda (saya sendiri menggunakan ukuran 200). Selamat mencoba!

Thursday, September 23, 2010

Bersyukur

Bersyukur. Satu kata yang terkadang dilupakan dalam kegiatan sehari-hari kita. Coba dihitung, berapa kali kah kita dalam sehari bersyukur dengan mengucapkan Alhamdulillah? Yuk, mumpung sedang ingat, kita mengucapkan syukur kepada ALlah SWT, dan semoga bersyukur ini bisa menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup kita.


Ya Allah, aku bersyukur atas setiap tarikan nafas yang kuhirup, setiap jengkal langkah yang kutempuh, setiap niat yang kubuat.
Ya Rab, aku bersyukur atas  setiap detik yang kulalui, setiap menit yang kujalani, setiap jam yang kuisi, setiap bulan dan tahun yang kunikmati
Ya Allah, Engkau sungguh Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Rab, Engkaulah Penguasa Langit dan Bumi, Penguasa Semua Hidup, Penguasa Segalanya.
Ya Allah, aku bersyukur atas kasih-Mu, atas kasih orang tuaku, atas kasih kerabatku, atas kasih sahabat dan temanku
Ya Rab, aku bersyukur atas setiap butir nasi yang masuk ke perutku, setiap tetes air yang memebasahi tenggorokanku
Ya Allah, aku bersyukur atas perlindungan-Mu, atas karunia-Mu, dan atas kasih sayang-Mu.
Ya Rab, aku tahu ucap syukurku masih sangat kurang, masih banyak karunia-Mu yang aku lupakan, masih banyak anugrah-Mu yang dengan sombongnya aku kecilkan
Ya Allah, aku memohon ampunan, perlindungan, kekuatan, dan ridho dari-Mu
Ya Rab, jauhkan aku dari siksa api neraka, dan jadikan aku hamba-Mu yang mensyukuri nikmat-nikmat-Mu, dan jadikan aku golongan orang-orang yang bertakwa.
Ya Allah, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku beribadah, dan hanya kepada-Mu aku kembali.
Amin.

Monday, September 06, 2010

0xDEADBEEF

w000t?!?! h@ck3D!?! Nope. Bukan. Saya cuma ingin membahas satu pemutar musik di Linux yang bernama DeaDBeeF (seperti dalam hexspeak 0xDEADBEEF) :D

Saya sudah lama mencari pemutar musik di Linux yang setara atau lebih dari pemutar musik kesukaan saya di MSWin: foobar2000. foobar2000 ini merupakan satu pemutar musik yang sangat baik. Dari segi tampilan sangat sederhana, tidak ada bling-bling semacam yang dijumpai di WinAMP, WMP, iTunes dll, tetapi fitur dan kluaran suara dari foobar2000 ini sangat baik. Dan lagi, tampilan foobar2000 ini sangat mdah dikustomisasi, asalkan anda memiliki kesabaran dan sedikit pengetahuan scripting. foobar2000 ini memiliki banyak sekali fitur dalam menangani berkas musik, dan sampai saat ini saya belum menjumpai perangkat lunak ekuivalen di Linux. Sayang sekali foobar2000 tidak tersedia di Linux, dan tidak ada keinginan pembuatnya untuk membuat versi Linuxnya.

Kemarin malam, saat sedang iseng menjelaja jjj (jejaring jagad jembar -- world wide web, internet istilah kerennya :D) saya bertemu dengan artikel yang membahas DeaDBeeF. Melihat tangkapan layarnya yang sepertinya menarik, langsung saya bertandang ke laman utama DeaDBeeF. Fitur-fitur yang didukung DeaDBeeF ini cukup lengkap, diantaranya (dikutip dari laman DeaDBeeF):

Main features (the list is most likely far from complete):
* mp3, ogg vorbis, flac, ape, wv, wav, m4a, mpc, tta, cd audio (and many more)
* sid, nsf and lots of other popular chiptune formats
* ID3v1, ID3v2.2, ID3v2.3, ID3v2.4, APEv2, xing/info tags support
* character set detection for non-unicode id3 tags - supports cp1251 and iso8859-1
* unicode tags are fully supported as well (both utf8 and ucs2)
* cuesheet (.cue files) support, with charset detection (utf8/cp1251/iso8859-1)
* tracker modules like mod, s3m, it, xm, etc
* HVSC song length database support for sid
* gtk2 interface with efficient custom widgets
* no GNOME or KDE dependencies
* minimize to tray, with scrollwheel volume control
* drag and drop, both inside of playlist, and from filemanagers and such
* control playback from command line
* global hotkeys
* multiple playlists
* album artwork display
* 18-band graphical equalizer
* metadata editor
* user-customizable groups in playlists
* user-customizable columns with flexible title formatting
* radio and podcast support for ogg vorbis, mp3 and aac streams
* gapless playback
* plugin support; bundled with lots of plugins, such as global hotkeys and last.fm scrobbler; sdk is included
* duration calculation is as precise as possible for vbr mp3 files (with and without xing/info tags)
* was tested and works on x86, x86_64 and ppc64 architectures. should work on most modern platforms
Yang membuat saya semangat adalah SEMUA hehehehe tapi terutama point keenam: dukungan cuesheet (berkas .cue). Apa sih cuesheet itu? Silakan baca-baca di sini. Banyak koleksi berkas musik saya yang berupa satu berkas besar dengan cuesheet sebagai penunjuk isi berkas tersebut. Kira-kira seperti daftar putar yang menunjukkan posisi tiap track musik di satu berkas musik besar tersebut.

Tanpa ba-bi-bu, langsung saya lakukan pemasangan di komputer saya. Saat ini komputer utama saya menggunakan LinuxMint 8 XFCE CE yag berbasis Ubuntu 9.10 Karmic Koala. Pemasangan cukup mudah, untuk yang memiliki koneksi internet dapat langsung menambah repositori di Synaptic, sedangkan yang tidak memiliki koneksi internet dapat mengunduh langsung berkas pemasang di laman repositori PPA-nya di sini. Cara untuk menambah repositori PPA di Synaptic:
  1. Buka terminal, command line, prompt, console atau apapun anda memanggilnya, lalu ketik: sudo add-apt-repository ppa:alexey-smirnov/deadbeef kemudian tekan Enter
  2. Setelah mucul keterangan berhasil, ketik sudo aptitude update atau sudo apt-get update untuk memperbarui daftar perangkat lunak anda.
  3. Pasang DeaDBeeF dengan mengetik sudo aptitude install deadbeef atau dengan sudo apt-get install deadbeef
Cara penambahan repositori diatas berlaku untuk Ubuntu 9.10 keatas, sedangkan untuk versi dibawahnya, silakan buka petunjuk yang ada di laman repositori PPA DeaDBeeF.

Tampilan utama DeaDBeeF sangat sederhana, kira-kira seperti ini:

Tampilan diatas adalah tampilan default (maaf kalau tangkapan layar yang digunakan adalah tangkapan layar dari laman DeaDBeef, sebab saya lupa mengambil tangkapan layar hasil pemasangan di komputer saya :P)

DeaDBeeF ini tampilannya dapat dikustomisasi, walaupun belum sampai setaraf foobar2000. Kita dapat menambah atau mengurangi kolom, penggolongan berkas di daftar putar, sampai warna tampilan.


Hanya saja ada dua kekurangan dari DeaDBeeF yang menurut saya agak menganggu, yang pertama, rendering dari GUI DeadBeef ini masih agak kurang stabil. Saat kita mengubah ukuran tampilannya, entah itu ukuran kolom, jendela atau yang lain, maka tampilan huruf kolom di daftar putar akan sedikit rusak.

Kedua, tidak ada daftar pengumpul berkas/ koleksi berkas (music library). Jadi jika kita ingin memutar lagu, maka harus dengan menambah secara manual dari File > Add (Files, Folders, dll).

Secara keseluruhan, saya puas dengan DeaDBeeF. Ringan, bagus, sederhana, cukup lengkap. Saya terutama senang dengan kemampuan DeaDBeeF membaca berkas cuesheet. Daftar putar berisi album Enya di atas merupakan satu berkas musik besar dengan format FLAC, dengan rincian track lagu berada di cuesheet. Dan DeaDBeeF mampu menampilkannya dengan sempurna. Selain itu, track lagu yang memiliki tag dengan format huruf eksotis seperti jepang, cina, korea, rusia juga dapat ditampilkan dengan sempurna. Recommended!

Monday, August 30, 2010

Setelah Sekian Lama...

Huff... lama sekali saya tidak menyentuh blog ini.... Apa kabar Indonesia? Makin kacau.... cek. Pemerintah seenaknya... cek. Bulan puasa... cek. Siap-siap mudik.... ops, sepertinya lebaran ini tidak mudik dulu.... Maklum, keuangan sedang gawat.

Sibuk apa sih saya beberapa bulan ini? Hm... ada deh!!! Hahahahaha.... Ada lah, pokoknya, selain sibuk, juga sedang tidak ingin menulis blog saja. Lagi pula tidak ada hal seru yang bisa ditulis. :P

Ngomong-ngomong, saat saya iseng menjelajah jagad-jembar, saya bertemu dengan linux Ubuntu hasil kustomisasi, namanya Pinguy. Keren juga, walau secara garis besar berkiblat ke tampilan Mac OSX. Untuk jelasnya, bisa dibaca di sini.

Saya lihat-lihat, ada beberapa fitur yang menarik, walau mungkin hanya secara tampilan (eye-candy) saja. Akhirnya setelah seharian berkutat, selesailah perubahan di tampilan linux di laptop saya.

 Di sini, saya hanya mencontoh beberapa aplikasi yang ada di Pinguy saja: gnome2-globalmenu (tampilan menu seperti MacOSX), Docky (dock bar bagian bawah) dan CoverChooser (plugin untuk Nautilus). Selain itu, Nautilus (file manager) bawaan Ubuntu, saya ganti menjadi Elementary-Nautilus yang lebih elegan dan lebih mudah dikustomisasi. Tema yang digunakan adalah Elementary dengan icon AwOken. Font yang digunakan adalah ttf-droid (sudah ada di repository Ubuntu). Conky masih seperti konfigurasi seperti sebelumnya, dengan efek Compiz-Fusion aktif.
Gnomenu dengan transparasi dari Compiz-Fusion (plugin Opacity and Brightness dengan isian class=GnoMenu.py dan transparasi 95).
CoverChooser plugin dan Elementary-Nautilus: membuat tampilan koleksi musik dan gambar/foto menjadi jauh lebih menarik!

Selesai kustomisasi linux saya. Tinggal linux di PC saja yang masih belum. Sementara masih menggunakan LinuxMint 8 XFCE berbasis Ubuntu Karmic Koala, saya belum sempat mengunduh LinuxMint 9 XFCE yang baru keluar beberapa waktu lalu.

Monday, May 24, 2010

Desktop of the Months

Sudah lama (sekali) tidak melakukan posting, maklum, sedang sibuk (baca:depresi berat) :P. Dari pada tidak ada update sama sekali, ya mendingan saya post Desktop of the Months saja deh, sekalian review singkat Ubuntu rilis terbaru, Ubuntu 10.04 Lucid Lynx :D

Sudah beberapa minggu ini saya menggunakan Ubuntu terbaru di laptop saya. Kesan singkat? Boot cukup cepat, hanya saja entah kenapa, di laptop saya, loading kernel sesaat sebelum boot agak lama. Jadi ada jeda setelah menekan Enter di grub sebelum booting dilakukan. Entah apakah hanya di mesin saya atau yang lain juga sama, saya tidak tahu. Bootingnya sendiri cukup cepat, sekitar 15 detik, dengan 3 detik tambahan untuk login.

Secara keseluruhan, sistem cukup ringan. Bahkan, jika dibandingkan dengan rilis Ubuntu sebelumnya (Karmic), masih lebih ringan Lucid. Sistem reponsif, ringan, dengan pilihan warna dan tema yang jauh lebih segar, kalem, dan enak dipandang mata. Warna coklat-ungu yang digunakan bagus sekali! :D

Tapi yang namanya buatan manusia, pasti tidak ada yang sempurna. Yang paling tidak menyenangkan adalah Gwibber yang tidak berjalan dengan benar. Sama sekali tidka berguna. Akhirnya tetap menggunakan Echofon yang merupakan addon Firefox. Lalu Empathy, yang memang jauh lebih ringan dari Pidgin, tapi sayang sekali tidak bisa mengirim berkas. Lainnya dicari-cari dulu deh heheheheh....

Karena saya orangnya kere-aktif, saya gatal untuk mengutak-atik tampilan Ubuntu Gnome ini. Seperti biasa, dunia Linux penuh dengan barang gratisan :D. Setelah mengutik sana-sini, jadilah tampilan Ubuntu saya seperti ini:

Ubuntu saya, dengan fitur terbaru untuk update status IM di pojok kanan bawah, dan conky, kali ini disatukan di satu tempat dan tanpa jam. Gnome-panel (panel di bawah) dibuat transparan. Tema keseluruhan sih Windows 7 look-alike :D
Menu saya menggunakan GnoMenu, karena jujur saja, menu bawaan Gnome itu jelek. Temanya saya menggunakan Elementary Menu. Kesukaan saya sih sebenarnya menu yang sederhana, tidak terlalu bertele-tele, dan terutama tidak terlalu besar/panjang. Menu yang hampir ideal sebenarnya adalah MintMenu (menu utama Linux Mint). Tapi jujur saja itupun masih terlalu lengkap. Menu impian saya adalah menu yang tidak terlalu besar, dengan isinya menu favorit, menu keseluruhan, satu/dua penjelajah, menu panel kontrol konfigurasi sistem dan menu pencarian aplikasi. Saya ini memang banyak maunya hahahaha.....

Tema yang saya gunakan adalah Victory. Kenapa tidak menggunakan tema yang mirip vista/7? Sebab tema vista/7 itu tidak terlalu bagus (kalau tidak mau menyebut jelek), dan Victory ini mempunyai pilihan warna yang bagus. Terutama bagian tree panel di sebelah kiri dan bentuk lokasi bar yang mengikuti tampilan Ubuntu Software Center. Ditambah dengan transparasi dari Compiz-Fusion dan Emerald, lengkaplah tampilan yang trendi Ubuntu saya.
Tidak lupa gambar latar yang bagus, sedikit tweaking di panel dengan Dockxbar dan addon Compiz-Fusion berupa Tumbnail. Cantik. Windows 7 kalah dah :D

-------------------------------
semua tema bisa dicari di gnome-looks.org.
wallpaper dari customize.org
conky hasil edit dan nyontek dari internet heheheh
dockxbar bisa dicari di internet tentunya
(ketahuan malesnya hahahahaha)

Friday, April 30, 2010

Recommended Replay

Kali ini saya ingin berbagi satu replay dota yang sangat seru (menurut saya). Di replay ini, bisa dilihat penampilan beberapa hero baru, item baru, dan hero yang jarang digunakan di pertandingan dota. Tapi,
apa sih replay dota? Di permainan dota yang menggunakan engine WarCraft III The Frozen Throne, ada fasilits untuk menyimpan rekaman permainan ke dalam satu berkas berekstensi w3g. Berkas catatan permainan ini berfungsi seperti video rekaman, bahkan lebih lengkap karena kita bisa melihat semua kondisi hero-hero yang bermain.

Saya menemukan replay ini di bagian Inhouse Matches di forum playdota. Judulnya adalah TR^plzgogame vs Nv.fear. Berhubung saya salah ssatu fans Fear sejak zaman complexity dulu (zaman coL.Fear merajalela), langsung saja saya unduh :D. Awalnya saya rada pesimis melihat lawannya, dalam hati saya, kok lawannya nggak terkenal gini ya? Ternyata saya salah :P, TR^plzgogame adalah nickname baru dari pgg (siapa yang bisa melupakan imba-nya Puck dan Chen pgg? Yang nggak kenal dota tentu saja :P) yang juga salah satu pemain dota yang terkenal.

Saya unduh berkas replay, lalu saya jalankan. Melihat banned hero saya masih belum bisa menebak seperti apa game akan berjalan, karena hero yang di banned cukup seimbang: N'aix, Doom, Nevermore, Lanaya.
Sesi pemilihan hero dimulai dari sisi Sentinel dengan hero baru: Ancient Apparition. Hm... menarik juga. Hero ini cukup fleksibel, dia bisa digunakan sebagai ganker, caster dan assassin/finisher. Scourage memilih Rylai (Crystal Maiden) dan Slardar. Combo standar, dual stunner, slower, ganker, late gamer Slardar dengan baby sitter Maiden sekaligus sebagai warder (ward b*tch).
Sentinel dengan Alchemist (Stunner, Tanker, 2nd pusher) dan Pugna (heavy pusher, caster). Scourage cukup membuat kejutan dengan BatRider dan Medusa. Medusa, seperti yang kita tahu, cukup susah untuk di-counter. Hero ini cukup lengkap persenjataannya: nuke + mana stealing, damage reduction, damage splitter dan heavy area slow. Lengkap: pusher, nuker, soloer, carry, semi-tanker. Serupa dengna BatRider, walau dia lebih ke nuker/caster.
Sentinel agak lama memikirkan cara meng-counter Medusa, tapi di hero pool ada Obsidian Destroyer. Pas. Salah satu counter yang sempurna untuk Medusa adalah Obsi: intelligent stealling = no mana Medusa, pure damage orb = gg mana shield / no damage reduction, aura = unlimited mana (walau Scourage memiliki Maiden), dan ultimate yang berdasarkan beda intelligent = dead Medusa (Medusa hero agility). Obsi ditemani Lycan (ganker, finisher, pusher). Scourage mengahiri sesi pemilihan hero dengan Tiny (ganker, caster, pusher).

Line-up Sentinel: Obsi carry/caster solo mid, Pugna pusher/caster solo bot, dual lane Ancient dan Alchemist top dengan Lycan jungle.
Line-up Scourage: Medusa carry solo mid, Maiden+Slardar dual lane bot, dan dual lane top Tiny dan BatRider. Walau bisa dibilang solo Tiny karena BarRider roaming.

Permainan berjalan seru. Seru sekali. XBOCTofHeaven (Kalau tidak salah, nickname LightOfHeaven, salah satu pemain dota terkenal) memainkan Pugna yang flawless.... Tidak hanya bertahan dari dual stunner + slower Maiden+Slardar, tapi malahan mampu menekan Scourage dan mendapat beberapa kill. Luar biasa. Empat jari untuk Pugna oleh XBOCTofHeaven. Buat fans Pugna (saya) dan ingin melihat contoh permainan Pugna yang bagus (saya) dan ingin melihat Pugna owning (saya), replay ini sangat-sangat-sangat direkomendasikan.

Di mid lane, Obsi berhasil menekan Medusa habis-habisan bahkan membunuh Medusa setelah menghabiskan intelligent dengan Astral Imprisonment+Sanity's Eclipse. Namun top lane cukup berat untuk Sentinel, karena beberapa kali hero Sentinel mati terkena combo nuke Tiny+BatRider.

War sering terjadi, ganking, dan beberapa kill yang membuat saya WTF?!? LOL seperti misalnya pada sekitar menit ke 30, dimana terjadi war di hutan atas Scourage, yang diakhiri dengan Obsidian Destroyer yang dimainkan TR^Azen mendapat triple kill (double kill Maiden-Medusa dengan Sanity's Eclipse, satu kill tambahan Tiny dengan Arcane Orb).

Di replay ini bisa dilihat kekuatan Pugna+Aghanim Scepter, Ancient dan Obsidian. Its recommended!! (walau Fear kalah di permainan ini :D)

nb: replay membutuhkan dota map versi 6.67c dan WarCraft III The Frozen Throne versi 1.24e. Silakan unduh map dan patch yang sesuai.

nb2: replay bisa diunduh di sini.

Tuesday, April 20, 2010

TOEFL ITP

Sebenarnya kejadian ini sudah agak lama, tapi baru sempat upload sekarang hahaha... Jadi ceritanya, bulan kemarin saya mengambil tes TOEFL yang ITP (Institutional Testing Program) seharga Rp. 300.000,00. Tes dilaksanakan tanggal 20 di Gedung LBI UI Salemba. Niatnya sih, untuk mendaftar beasiswa ke Jepang, tapi kalau Antam berhasil masuk (aminnnnn),  sepertinya tidak jadi deh....

Tes dilaksanakan pagi, karena rumah saya dekat dengan Salemba, saya tenang-tenang saja berangkat. Sampai di Gedung LBI, ada pengumuman pembagian tempat yang ditempel di pintu. Setelah menemukan ruangan, saya masuk dengan tenang. Lihat kiri, lihat kanan, isinya ibu-ibu dan bapak-bapak (ada yang mas-mas dan mbak-mbak juga sih) semua. Huh? Ga ada wajah mahasiswa gini, pikir saya. Saya cuek saja, asyik sendiri mendengarkan lagu dari Sansa Clip dan dbE PR20 saya. Beberapa saat kemudian saya baru sadar, kok itu mbak-mbak, mas-mas, ibu-bapak pada pegang buku ya? Penasaran, saya diam-diam curi pandang judul bukunya. Olalalala... bukunya berjudul kira-kira "Trik Mengikuti Tes TOEFL", "Tes TOEFL: tips dan trik" dan yang sejenis.

 WTF?!?! Pikir saya. Trus apa gunanya ikutan tes TOEFL kalau begitu caranya? Bukankah tes TOEFL itu untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris kita? Lalu apa gunanya kalau membaca trik-trik seperti itu? Tapi tidak semua sih, mas-mas yang disebelah saya tampak sibuk membolak-balik buku berjudul "Simple Grammar Lesson" atau kira-kira seperti itu lah. Mungkin beliau kurang pede dengan grammar-nya (saya yang grammar-nya jelas-jelas hancur malah cuek bebek hahahaha). Beberapa menit kemudian tes dimulai, setelah ada persiapan macam-macam termasuk pergi ke kamar kecil dsb dsb, dimulai dengan tes dengar (listening), kemudian grammar, dan kemudian baca (reading). Lancar... saya selesai kira-kira 15 menit sebelum waktu habis. Cek ulang jawaban kira-kira 5 menit, sisanya? Melamun hahahaha....

Hasil keluar kira-kira seminggu kemudian. Saya sempat berkata ke diri saya sendiri, kalau nilai saya mencapai 600, saya mau pajang ke blog dan facebook (I'm vain, so sue me hahahahaha) XD. Dag-dig-dug saya buka amplop yang diberikan oleh petugasnya (cerita dipotong, pokoknya sudah seminggu dan sudah sampai di lokasi pengambilan hahahaha), dan.......593!!! Hahahahaha.... saya loncat-loncat senang, sampai mbak-mbak dan bapak petugasnya melihat dengan heran (duh, malu berat!!!!). Jadi, karena sudah berjanji, akhirnya saya pajang deh, hasil tes TOEFL ITP saya:

 Yap, seperti dugaan, skor grammar saya hancur hahahaha.... Dari lembaran keterangan yang diberikan waktu pendaftaran sih, standar nilai grammar sekitar 55. Tapi yang mengejutkan saya adalah skor untuk listening yang mencapai 65, padahal saya mengira bakal reading yang paling tinggi. Ternyata ada gunanya saya belajar jadi audiophile dan sering membaca novel bahasa Inggris  :D.

Tuesday, March 30, 2010

Just One More Step...

Sore tadi sekitar jam setengah empat, ponsel saya menyanyikan Russian Roulette-nya Rihanna. Selesai menerima telepon, saya gembira sekali, sampai melompat-lompat :D. Telepon tadi mengabarkan kalau hasil tes psikometri dan bahasa Inggris (plus wawancara dalam bahasa Inggris) saya memenuhi syarat untuk mengikuti tes kesehatan. YAY!!!! Alhamdulillah.... satu langkah lagi... semoga lancar ya Allah... :D

Sebenarnya cuma ingin share kebahagiaan itu aja sih, tapi karena sepertinya kok terlalu pendek, jadi saya tambah dua hal yang nggak penting pake banget :D
Kemarin iseng melihat situs DotA, eh ternyata IceFrog sudah merilis peta terbaru, versi 6.67b. Huh?!? B?!? Yup, saya kelewatan yang versi 6.67-nya :D. Btw, changelog-nya cukup panjang, tapi yang menarik perhatian saya adalah adanya mode baru: Capture Point. Intinya sih semacam permainan capture flag, hanya bedanya di sini bendera diganti dengan lokasi dan membutuhkan waktu beberapa saat sebelum satu titik captured. Selain itu tiap lokasi memberikan buff yang berbeda-beda ke tim, ada regen, damage, armor, as dan ms. Menarik.
Yang lain, remake beberapa skil hero: Luna (aura %dmg --> aura pure dmg + range night vision), Maknyus (great cleave --> Skewer, Empower --> dmg+cleave) , Po-on (mata--> burung asli warcraft+bisa nyerang), Bon-cling-cling (ultimate), Semut <--> kumbang (tukeran skill, semut dapet skil baru, manggil serangga nempel ke musuh), dan Si Buta dari Goa DotA (isep-isep --> isep-isep musu atau ngasih nyawa ke temen).
Lalu ada item baru: Ethereal Blade (dagon versi agility. Seperti gabungan dagon dan skil pasif ii-maru) dan Soul Ring (RoR + Sobi. Poor mans arcane ring :D). Sisanya tweak-tweak, eye candy (aduh, sakit banget ni, permen masuk mata :P) bug-fix dll, dsb. Selengkapnya baca saja di sini.

Hm.. .yang kedua (tiga), ketemu lagu bagus: Alex Swings Oscar Sings album Heart 4 Sale dan Krassimir Avramov album Popera. Keduanya awalnya dengar dari Eurovision Song Contest Moscow 2009, kok bagus, carilah albumnya dan dapat >:). Yang Krassimir ini album lawas, dari tahun 2005. Krassimir ini male sopran, suaranya smooth banget. Enak deh :). Kalau si Alex-Oscar ini, duo aliran swing. Keren, jadi pengen goyang-goyang hahahahaha :)). Dari album Heart 4 Sale, kesukaan saya itu lagu yang judulnya Heart 4 Sale. Soft jazz tapi enaaaaaaak banget :D (I'm not fan of Jazz <-- this is one kind of music I can't understand LOL). Kalau dari Krassimir, Bolero, Just Let It Be, Aria dan Madness of Greatness. Coba saja dicari, siapa tahu cocok dengan seleranya (or pm me for the link >:) LOL)

Wednesday, March 24, 2010

Conky - A Lightweight System Monitor

Apa sih conky? Conky itu perangkat lunak untuk monitor sistem seperti cpu, jaringan, suhu, harddisk, email, update dan lain-lain. Lalu, apa sih yang membuat conky populer? Conky itu sangat ringan, sebab dia tidak membutuhkan GUI yang rumit untuk menampilkan outputnya, dia langsung menggunakan X Window. Sederhananya, dia "menggambar" outputnya langsung di desktop, dan tidak tergantung dengan desktop manager yang digunakan.
Conky tersedia untuk Linux dan BSD (dan turunannya). Untuk windows, ada perangkat lunak bernama Samurize, tapi tetap ada perbedaan antara conky, dan samurize.

Di Linux, conky umumnya sudah tersedia di repositori. Silakan buka manager perangkat lunak atau manager paket distro anda dan lakukan pencarian terhadap conky. Saya sendiri menggunakan Linux Mint yang berdasar Ubuntu, jadi proses pemasangan di Linux Mint dapat menggunakan Synaptic atau lewat command line atau konsol dengan mengetik:
sudo apt-get install conky
atau:
sudo aptitude install conky
Pastikan sistem anda terhubung dengan internet atau repositori lokal anda terpasang dengan baik. Sistem akan mengunduh conky dan memasangnya di sistem anda. Setelah terpasang dengan baik, conky dapat dijalankan dengan mengetikkan conky di command line atau konsole atau kotak perintah run, atau dengan mengklik ikon di sistem menu jika tersedia.

Tampilan default conky adalah seperti ini:


Dengan menjalankan perintah conky dari command line, maka conky akan terkait dengan command line yang anda buka. Jadi, jika anda tutup jendela command line tempat anda menjalankan conky, maka conky juga akan ikut tertutup. Untuk mencegah hal ini anda dapat menjalankan conky sebagai daemon (semacam background process jika anda di Windows) dengan perintah:
conky -d
Dengan ini anda dapat menutup jendela command line dan conky akan tetap berjalan.

Conky memiliki kemampuan untuk dikonfigurasi yang sangat baik, anda dapat menggabungkan conky dengan berbagai skrip/bahasa pemrograman lain, yang umum digunakan adalah lua dan python.
Tampilan conky dapat dikustomisasi sesuai selera dengan mengedit berkas .conkyrc di folder Home anda. Tampilkan berkas tersembunyi terlebih dahulu karena berkas dengan tanda titik didepan nama berkas menunjukkan berkas tersebut sebagai berkas tersembunyi. Selain berkas .conkyrc, conky sebenarnya juga dapat menampilkan tampilan sesuai konfigurasi di berkas lain, asalkan kita tunjukkan lokasi berkas konfigurasi yang kita buat dengan memberi perintah -c di belakang perintah conky:
conky -c /lokasitempatandamenyimpan/berkaskonfigurasianda
Misalkan di sistem saya, conky saya perintahkan untuk membaca berkas konfigurasi di direktori .conky di direktori Home saya, perintahnya:
conky -d -c ~/.conky/.conkycuaca
Di linux, simbol ~ (tombol di kiri atas, biasanya diatas Tab, dan tepat di sebelah kiri tombol angka satu) menunjukkan direktori home anda, jadi jika kita mengetik:
cd ~
di command line, kita akan dibawa ke direktori home anda (biasanya di /home/namapenggunaanda).

Agar conky dapat berjalan tiap sistem dimulai, anda dapat menambahkan conky di startup (tiap distro berbeda, silakan baca manual/petunjuk distro anda untuk lebih jelasnya). Misalkan di Ubuntu (termasuk Linux Mint standar) anda dapat mencari di Setting > Startup, untuk di Linux Mint Fluxbox CE (varian Linux Mint yang menggunakan fluxbox sebagai desktop manager-nya) dapat dilakukan dengan mengedit berkas startup di direktori .fluxbox di direktori home anda.

Jika conky anda menggunakan beberapa berkas konfigurasi (seperti saya misalnya), anda dapat menambahkan lebih dari satu perintah conky di startup anda. Misalkan, conky saya menggunakan konfigurasi di .conkyrc (berkas default conky), .conkyrc2 dan .conkyrc3, maka saya menambahkan perintah ini di startup saya:
conky -d (untuk conky dengan konfigurasi di .conkyrc)
conky -d -c ~/.conkyrc2 (untuk conky dengan konfigurasi di .conkyrc2)
conky -d -c ~/.conkyrc3 (untuk conky dengan konfigurasi di .conkyrc3)
atau agar lebih sederhana, anda dapat membuat satu berkas skrip (semacam berkas bat di Windows) yang berisikan perintah diatas. Caranya: buka editor teks anda (misalkan Gedit, nano, vi, kate, kwrite, mousepad atau yang lainnya) dan buat berkas kosong di tempat yang anda inginkan (misalkan di home anda), dan isikan perintah anda. Misalkan berkas yang saya gunakan:
#!/bin/bash
sleep 1 &&
conky -d &&

sleep 1 &&
conky -d -c ~/.conkyrc2 &&
sleep 1 &&
conky -d -c ~/.conkyrc3 &&
sleep 1

Silakan ganti dengan lokasi berkas konfigurasi conky anda. Setelah itu, buka command line, pindah ke direktori anda menyimpan berkas skrip tadi dan ketik:
chmod +x namaberkasanda
Perintah ini akan memberikan attribut executable ke berkas anda. Setelah itu, tambahkan perintah ini ke startup anda:
sh /lokasitempatandamenyimpanberkasskrip/namaberkasskripanda
Berikut ini beberapa tangkapan layar sistem saya (dengan conky):
Pada dua tangkapan layar terakhir, perhatikan pojok kanan atas, di situ dapat dilihat conky  dihubungkan dengan dua perangkat lunak pemutar musik yaitu Decibel (lewat fungsi bawaan Decibel) dan Exaile (lewat conkyExaile).
Berbagai fungsi yang disediakan conky dapat dilihat di sini. Selamat mencoba!

Friday, March 12, 2010

Review: dbE PH10

Review ini sengaja akan saya buat singkat, tidak seperti review IEM dbE PR20 yang lalu (yang memang terlalu berlebihan hahahaha). Saya dapat headphone ini dalam kondisi 2nd mint. Oleh pemilik sebelumnya baru digunakan selama sekitar 5 jam. Saat review ini dibuat, kira-kira total penggunaan adalah 7-8 jam, jadi masih bisa disebut fresh out of the box / belum fully burned (rata-rata headphone dengan dynamic driver perlu waktu burn in selama 50 - 100 jam). Suara dibandingkan dengan IEM dbE PR20, walau memang tidak sejenis, tapi keduanya memiliki harga yang hampir sama. Headphone dbE PH10 dapat dijumpai dengan harga Rp. 250.000,00 sedangkan IEM dbE PR20 seharga Rp. 270.000,00.


Paket penjualan:
Headphone dbE PH10 ini datang dengan kotak kertas yang lebih tipis dari kotak PR20. Disainnya standar, walau saya lebih suka kotak PR20 yang terkesan lebih mewah. Di paket penjualannya diberikan case kain keras, seperti dompet-dompet kain. Kotak wadahnya beda dengan yang diberikan Sennheiser PX100 yang lebih mirip kotak kacamata. Selain case, ada mini-mini yang berfungsi sebagai ekstensi kabel, kartu garansi, buku petunjuk dan lembar peringatan kesehatan pendengaran. Headphone-nya dapat dijumpai di dalam case dalam kondisi terlipat. (Foto menyusul. Edit: penambahan foto)


Seperti yang dapat dilihat, ukuran headphone ini sangat kecil, dalam kondisi terbuka berukuran kira-kira sepanjang spidol besar seperti yang terlihat di foto di atas. Dalam kondisi terlipat, ukurannya lebih kecil lagi.

Karakter:
Dibandingkan PR20, PH10 ini lebih warm. Sebenarnya karakter PH10 ini adalah netral cenderung bright, namun tidak se-bright PR20. Nada-nada mid PH10 jauh lebih bagus dibanding PR20. Namun dari sisi bass, PH10 kalah telak, karena PR20 merupakan IEM bassy. Vokal Andrea Bochelli di Canto Della Terra dan Josh Groban di Per Te terdengar jauh lebih berat, lebih mantab dengan PH10. Di PR20, vokal pria terdengar terlalu tipis. Mid PH10 yang lebih bagus juga terdengar dari petikan gitar dan musik latar di Canto Della Terra yang lebih bulat, lebih ramai dibanding saat didengarkan dengan PR20. Di PR20, bass yang deep membuat musik latar dan bass betot yang digunakan terlalu rendah sehingga lagu terkesan lebih sepi, dingin. Suara Eva Cassidy di lagu Field of Gold terdengar lebih intim, lebih bulat, dengan denting gitar yang lebih tebal. Vokal di PH10 jauh lebih forward dibanding PR20 yang memang berkarakter laid-back.

Dari speed, PH10 juga lebih baik dari PR20. Bass PR20 lagi-lagi membuat IEM ini kurang cocok untuk lagu-lagu cepat seperti lagu rock misalnya. Betotan gitar listrik gitaris Avenged Sevenfold di lagu Scream terdengar lebih sangar di PH10 dibanding PR20. Suara vokalis Avenged yang serak dan berat juga terdengar lebih mantab. Walau decay cymbal tidak sejelas di PR20, tapi bass PH10 yang standar (cukup, dalam kuantitas) membuat detil vokal dan raungan gitar terdengar mantab. Secara keseluruhan saya menjumpai PH10 lebih nyaman untuk lagu Rock.

Di lagu-lagu techno (istilah lokalnya, ajeb-ajeb), saya cenderung lebih suka PR20. Bass-nya yang berjumlah besar dengan karakter yang deep membuatnya cocok dengan lagu-lagu seperti ini. PH10 masih mampu terdengar bagus, dengan bass yang tight dan speed yang bagus. Tinggal selera anda, apakah suka ajeb-ajeb dengan bass yang menggelegar atau ajeb-ajeb dengan bass cukup namun lincah

Untuk nada-nada high, PR20 lebih bersinar dari PH10 dengan high-nya yang sparkling. PH10 masih termasuk bright, namun masih kalah dari PR20. Vokal Sarah Brightman yang melengking terdengar lebih jernih di PR20 dari PH10. Tapi terkadang high yang sparkling ini bisa membuat lagu terdengar terlalu menusuk. Beda dengan PH10, high-nya cukup bright, namun tidak sampai sparkling dan menusuk.

Di lagu klasik, saya menjumpai karakter bassy dan sparkling PR20 memberikan kesan megah dan dramatis yang lebih kuat dari PH10. Namun soundstage dan mid PH10 yang lebih bagus, memberikan kesan lebih santai dan hangat. Mungkin detil tidak sebagus PR20 yang memang lebih bright, namun PH10 memberikan detil mid yang lebih bagus. PR20 sebagai IEM, memang susah untuk memberikan soundstage yang lebih besar dibanding PH10 yang headphone.

PR20, karena IEM, memiliki seal yang jauh lebih bagus daripada PH10 yang supra-aural. Memang PH10 termasuk closed, tapi tetap tidak dapat mengalahkan IEM dalam hal meredam suara dari luar. Dan lagi, untuk mencapai kualitas yang sama, PR20 membutuhkan volume yang lebih kecil dari PH10, mungkin selain karena berupa headphone (yang otomatis membutuhkan lebih banyak tenaga), juga karena noise yang lebih banyak.

Kesimpulan:
PH10 ini headphone yang cukup bagus. Dengan harga 250 ribu, headphone ini sangat bagus. Tight bass, mid yang netral dan high yang cukup, membuat headphone ini cocok untuk hampir semua lagu. Detil dan soundstage-nya juga cukup bagus. Ukurannya yang cukup kecil, closed dan dapat dilipat, cocok untuk dibawa ke mana-mana. Kekurangannya, untuk bass head, headphone ini akan terasa kurang mantab, karena bass-nya yang tidak terlalu banyak. Dan untuk lokasi yang terlalu ramai, headphone ini akan kurang cocok karena isolasinya yang tidak terlalu kuat. Lalu, untuk para penyuka headphone full size / circumaural, headphone ini sudah pasti akan terasa kekecilan.