Friday, November 12, 2010

Review: The Black Jewels Trilogy

Apa yang kamu lakukan, saat seseorang mengatakan padamu, bahwa mimpimu sudah datang? Itu lah yang dialami oleh Daemon Sadi, seorang pleasure slave di sebuah court di Terrelile. Dari situlah sebuah pintu gerbang dibuka, gerbang menuju satu dunia dimana intrik politik berpilin dengan skema-skema jahat, mimpi, ambisi, dan kekuatan. Gelap, hitam, menggetarkan, tetapi juga cantik, indah, dan bersinar. Dunia dimana Blood berkuasa, dimana Darkness dipuja dan dihormati.

The Black Jewels Trilogy mengisahkan tentang tiga dunia: Terreille, Kaeleer dan Hell, dengan sudut pandang dari Saetan D. SaDiablo, Daemon Sadi dan Lucivar Yaslana, dan bagaimana petualangan dan perjuangan yang dilalui mereka saat Witch (Jaennelle Angeline), perwujudan dari mimpi, dan harapan, semua Blood (dari segala ras) di Dark Realm. Bagaimana perjuangan mereka mendukung Witch menghadapi cemaran yang disebarkan oleh Dorothea SaDiablo, High Priestess of Hayll, dan Hekatah SaDiablo, Dark Priestess (atau juga High Priestess of Hell).

Anne Bishop, penulis trilogi ini, berhasil membangun gambaran dari dunia tempat cerita ini berlangsung dengan sangat indah, detil, dengan penokohan karakter yang bagus. Beliau berhasil membangun suatu dunia lengkap dengan sistem kastanya, dengan sistem magisnya, dan detil-detil lainnya dengan indah. Karakter-karakter utama terbangun dengan rapi, dengan karakter sampingan dibuat cukup lengkap, walaupun mungkin kurang dalam. Untuk anda pembenci magis ala Harry Potter, anda akan menemukan magis gaya lain di sini. Di dunia The Black Jewels Trilogy, craft (istilah untuk sihir di sini) adalah cara untuk menggunakan kekuatan yang di miliki oleh Blood (sebutan untuk sebagian kecil dari ras di Dark Realm yang memiliki kekuatan). Di sini tidak ada tongkat sihir, mantra-mantra sihir, hewan sihir, buku yang menggigit, sapu terbang (walau memang ADA kereta yang bisa melayang) dan sebagainya. Kekuatan yang dimiliki disimpan di dalam permata (Jewels) dengan warna (dan jumlah) dari permata menentukan seberapa dalam 'sumur' kekuatan yang dimiliki. Ada tiga belas warna permata, dari putih yang paling dangkal, hingga hitam yang paling dalam. Oh, dan ada permata bening (yang tidak mewakili taraf kekuatan) dan Ebony, permata yang dimiliki Witch.

Intrik-intrik dibuat dengan tajam, antara politik; cinta; pertemanan, aliansi hingga perseteruan. Dan bumbu erotis (oh yah, tidak ada yang lebih 'panas' selain bumbu erotis di beberapa tempat) dan 'cool moment' dan 'cool thing' dan 'oh, shit! moment' dalam jumlah yang cukup (baca: sangat) banyak. Jangan lupa adegan-adegan yang sangat romantis, atau sangat menyentuh hati, atau yang membuat gregetan.

Cerita berjalan dengan kecepatan yang berubah-ubah, terkadang cepat, terkadang lambat, terkadang santai. Anne Bishop sangat pandai meramu saat-saat cepat, dengan saat-saat lambat, yang membuat saya terkadang begitu geregetan, dan penasaran, ingin segera membaca akhir cerita. Dan di akhir cerita, dengan sukses membuat saya ketagihan dan ingin membaca lagi.
Highly Recomennded!

0 comments: