Tuesday, March 29, 2011

Review: Femme Fatale by Britney Spears

Jujur saya akui, saya termasuk fansnya Britney Spears :D Cantik sih, bikin gemes pengen gigit heheheheh.... Dan saat Britney Spears merilis album terbarunya, tentu saja saya ikut mengunduhnya (heheheheh...fans nakal). Album ini dirilis beberapa hari lalu, dan seperti biasa, torrent langsung beraksi (jangan ditiru ya!!!)

Saya suka sampul album ini, Britney terlihat cantik, lebih bagus sampul album yang ini dari pada album sebelumnya (Circus). Waaaw Britney Spears memang cantikkkkk (fanboyscreeeaammmm) hahahahaha

[Image]

Ada 12 lagu, dengan dua lagu sudah dirilis terlebih dahulu sebagai single (Hold It Against Me dan Til The World Ends). Daftar lengkapnya:
  1. Till the World Ends
  2. Hold It Against Me
  3. Inside Out
  4. I Wanna Go
  5. How I Roll
  6. (Drop Dead) Beautiful (featuring Sabi)
  7. Seal It With a Kiss
  8. Big Fat Bass (featuring will.i.am)
  9. Trouble for Me
  10. Trip to Your Heart
  11. Gasoline
  12. Criminal
Karakter album ini techno-dance-pop dengan vokal Britney yang direkam dengan Auto-tunes. Saya secara pribadi tidak kurang suka dengan Auto-tunes, tapi di album ini harus diakui suara Britney jadi lebih enak didengar. Album ini mengingatkan saya kepada album debut t.A.T.u, 200km/h on the Wrong Lane. Dua-duanya album dengan suasana sorrowful, dark and glittering. Bedanya, jika t.A.T.u kelam ala timur, maka Femme Fatale kelam ala barat. Dari dua belas lagu, saya suka Til the World Ends, Hold It Against Me, Inside Out, Seal It With a Kiss, Trip Your Heart dan Criminal. Di beberapa lagu sentuhan dub-step terasa dengan jelas, misalnya di lagu Trip to Your Heart. Di lagu Criminal, terasa sekali suasana ala penjaranya (heheheh), dengan lirik dipenuhi permintaan maaf, rasa bersalah, permintaan maaf. Kalau suka dengan lagu bernuansa dance, house, remix dengan sentuhan dub-step, silakan dengarkan album ini. Dari saya sendiri sih, RECOMMENDED!!!

    Wednesday, March 23, 2011

    Review: Tiffany Aching Series from Discworld Series

    Tiffany Aching, gadis kecil berumur sembilan tahun, memiliki memiliki cara berpikir dan cara melihat dunia dengan cara yang berbeda dari orang-orang disekitarnya. Sepintas lalu, TIffany tidak berbeda dengan anak-anak lain seumurannya, bahkan Tiffany termasuk anak rajin, penurut dan tidak suka membaut keonaran. Namun cara pandang dan pola pikir Tiffany yang berbeda membuatnya mampu melihat dunia tempatnya tinggal sesuai dengan kenyataan sebenarnya, karena orang-orang di dunia Tiffany mempunyai kebiasaan untuk melihat apa yang mereka ingin lihat.

    Petualangan Tiffany dimulai di pinggir sungai di desanya dimana Tiffany bertemu dengan makhluk kecil berwarna biru mengenakan kilt (pakaian tradisional orang Irlandia), monster jelek yang muncul dari dasar sungai dan berusaha memakan Tiffany dan adiknya (yang pada akhirnya dipukul oleh Tiffany menggunakan penggorengan besi) hingga akhirnya Tiffany menemukan kenyataan bahwa Tiffany adalah seorang penyihir (witch) dan ada kekuatan tersembunyi yang datang ke desa Tiffany dan membawa bencana bagi anak-anak kecil. Mampukah Tiffany mengalahkan kekuatan tersembunyi tersebut sedangkan ia baru saja mengetahui bahwa dirinya seorang penyihir?

    Seri Tiffany Aching merupakan bagian dari seri Discworld karya Terry Pratchett. Sejauh ini ada empat novel mengenai Tiffany Aching: The Wee Free Men, A Hat Full of Sky, Wintersmith, dan I Shall Wear Midnight. Keempat buku ini menceritakan perjalanan Tiffany Aching yang berumur sembilan tahun dalam menyelami dunia baru yang asing untuknya: dunia seorang penyihir.

    Pengarang seri novel ini, Terry Pratchett, membuat dunia fantasy yang benar-benar berbeda, dan unik. Di dasari dari berbagai mitologi klasik, dunia Discworld digambarkan dengan detil, indah dan unik. Anda akan dengan mudah membayangkan dunia dimana Tiffany berada. Gaya penceritaan, penulisan dan pola pikir karakter-karakter di seri novel ini pun benar-benar unik. Saat membaca, saya selalu tertawa kecil dan takjub dengan pola pikir berbeda yang dituangkan sang pengarang (lihat saja nama-nama tokoh di novel ini: Tiffany Aching, Rob Anybody, Miss Tick, dsb).

    Plot dituang dengan sederhana, tanpa intrik-intrik yang membuat pusing, tanpa plot-twist tersembunyi yang membuat kaget, semua ditulis mengalir satu jurusan. Tetapi selalu ada kejutan kecil yang membuat kita tersenyum dan kagum akan kejeniusan sang pengarang. Setiap novel dipenuhi humor-humor ringan dan sederhana, namun juga terdapat saat-saat menyentuh, seperti di ending buku ketiga, Wintersmith. Apakah itu? Anda harus membacanya sendiri untuk mengetahuinya :D.

    Pembangunan karakter cukup bagus, terutama untuk tokoh-tokoh utama, dan tokoh-tokoh penting. Mungkin selain tokoh utama, karakter dibahas tidak terlalu mendalam, tapi kita dengan jelas dapat menebak seperti apa kira-kira sifat-sifat berbagai tokoh tersebut. Sistem sihir di dunia Discworld berbeda dengan sihir standar novel high-fantasy umumnya, di sini witching (sebutan untuk semua kegiatan yang dilakukan witch) lebih kepada tidak menggunakan sihir untuk melakukan sesuatu (yang jelas sangat berbeda dengan dunia Harry Potter, misalnya, dimana sihir digunakan disetiap tarikan nafas).

    Walau novel ini aslinya ditujukan kepada young-adult (klasifikasi pembaca di luar negeri yang merujuk kepada usia 14-21 tahun, namun saya tidak akan segan untuk merekomendasikan seri novel ini kepada semua usia (walau untuk anak dibawah 10 tahun mungkin terlalu rumit gaya bahasanya). Sederhana, indah, menghibur, dan dengan pesan-pesan moral yang bagus. Recommended!!!