Monday, October 31, 2011

Review: House of Night Series

Kenalkan Zoey Redbird, gadis remaja biasa yang hidupnya berubah total setelah ditandai dengan tato bulan sabit biru di dahinya, tato yang menandai Zoey sebagai fledging, atau lebih tepatnya vampyre fledging dan harus memulai hidup barunya di House of Night. Di sana, Zoey harus berjuang agar bisa diterima oleh lingkungan barunya, menghadapi masa lalunya yang terus menghantuinya, saingan, cinta dan berbagai macam masalah lainnya. Hidup Zoey menjadi lebih rumit saat tirai misteri mulai terkuak, membuka kegelapan yang jauh lebih kelam, gelap dan mengerikan dibandingkan kehidupan remaja vampyre di House of Night...
Sesuai dengan janji yang saya tulis di post sebelumnya, kali ini saya akan melakukan review novel House of Night. Sedikit latar belakang, di seri novel ini, gambaran vampir (atau vampyre jika mengikuti istilah di novel) berbeda dengan vampir di novel Anita Blake: Vampire Hunter atau Twilight Saga. Vampir di novel House of Night adalah semacam sub-ras dari manusia yang hidup secara terbuka bersama-sama dengan manusia moderen. Mungkin tidak sampai level tinggal bersebelahan rumah, naik bus umum yang sama atau sebagainya, namun setidaknya mereka terbuka dengan manusia biasa, dan kehadirannya dianggap normal. Setidaknya di novel Anita Blake, vampir baru diterima secara legal di beberapa negara, di House of Night, vampir adalah legal dan umum.

Sedikit yang kurang enak menurut saya adalah bagaimana vampir digambarkan sebagai semacam klan elit yang selalu lebih baik dari manusia biasa. Mereka hidup secara eksklusif, dengan berbagai bakat dan berkah, dengan berbagai fasilitas dan kemudahan yang datang bersama kekayaan yang melekat erat dengan dunia vampir di dunia House of Night. Semua kemudahan dan hal-hal indah ini membuat kesan yang tidak riil, tidak nyata, karena kita semua tahu, dunia tidak seindah yang ada di dunia vampir yang digambarkan di sini. Membaca seri novel House of Night selalu memberikan kesan ke saya seperti sinetron Indonesia: dunia orang kaya, dengan berbagai hal yang terkadang tidak masuk akal. Saya pribadi lebih cocok dengan dunia vampir Anita Blake yang terasa jauh lebih nyata, dimana vampir beragam seperti manusia biasa: kaya, miskin, cantik, jelek, biasa, kurus, gemuk, dll.

Dari segi penceritaan sendiri, novel ini bagus, gambaran emosi Zoey bisa mudah dicerna, terutama karena sudut pandang yang diambil. Character development bagus, walau terkadang terkesan kurang dalam. Mungkin ini dikarenakan sudut pandang dan sasaran dari novel ini yaitu remaja sma. Saya rasa masih pantaslah jika kedalaman emosional dan karakter tidak sedalam novel yang diperuntukkan untuk usia yang lebih dewasa. Membuat saya bertanya-tanya, apakah memang remaja sekarang sedangkal itu?!? (ugh, I'm sure I wasn't that shallow!!!). Hehehehe abaikan, ini karena saya terlalu banyak membaca novel dewasa, dan karena dewasa sebelum waktunya.....
Kalau untuk remaja SMP/SMA saya rasa masih bisa dimengerti kedalaman penggalian karakter dan emosi di novel ini.

Penggalian dan pengembangan karakter kurang dalam untuk karakter yang lain. Di sini, yang paling saya rasakan karakter pengembangan yang dalam adalah di Zoey (tentu saja), lalu Stevie Rae. Nefferet digambarkan standar (spoiler allert!!! Nefferet digambarkan sebagai tokoh jahat standar saja). Damien penggambaran agak lebih dalam daripada Si Kembar. Si Kembar baru mulai tergali pada novel ke sembilan (Destined) yang dirilis 25 Oktober lalu. Bayangkan! Baru digali lebih dalam setelah novel kesembilan....(as the twin would said: Sad, twin, that's just so sad....). Lalu ada si Aphrodite yang..... standar banget (sekali lagi, silakan baca novelnya).

Di sistem magis, sosial dll dapat dengan jelas dilihat dasar Wiccan yang digunakan. Ada elemen-elemen (angin, api, air, tanah, spirit -- mirip dengan lima macam weave yang digunakan di The Wheel of Time), lalu ada gift, atau bakat yang merupakan berkah dari Nyx, Dewi yang disembah oleh para vampir. Adapula sentuhan Indian (atau lebih tepatnya American -- Native American). Sistem magisnya cukup tradisional, tapi tradisional diposisi yang berbeda dengan Harry Potter.
Banyak disisipi puisi, judul-judul buku, lalu ada satiran dari nama-nama orang terkenal (kebanyakan dijadikan vampir, memberikan kesan vampir adalah dominan di segala bidang terutama dalam bidang seni).

Intrik-intrik terjalin dengan cukup bagus, walau kadang bisa ditebak dan sederhana, sekali-lagi, seperti sinetron indonesia. Namun untunglah tidak se-obsessive-compulsive ala Twilight saga...... (kaburrrrrr).
Penjalinan jalan ceritanya oke, mengalir dengan menarik, tidak terasa saya sudah sampai di akhir buku. Penggambaran adegan juga bagus, ketegangan terbangun dengan bagus, adegan mengharukan, menjengkelkan dan sebagainya bisa dirasakan dengan jelas. Sayang makin ke belakang kok makin banyak air mata dan ....ingus. Eww...  yuck... Get a grip, or better yet, tissue paper, Zoey!!!

Secara garis besar seri novel ini sederhana, menghibur dengan cukup banyak sentuhan cool-factor yang menarik. Mungkin agak dangkal, namun masih bisa diterima. Seri novel ini bisa memberikan suasana yang berbeda dari novel vampir lain (Anita Blake, Twilight), dan membuat ciri khasnya sendiri. Reccomended.

Sunday, October 23, 2011

Aneka Ria

Aneka Ria? Seperti judul acara televisi ya? Hehehe saya rasa cocok untuk tulisan kali ini. Ya, seperti namanya, tulisan kali ini isinya ada beberapa macam dan saya harap, bisa membuat anda ceria.

Oke, langsung saja, cerita satu: JAMBU.
Awalnya saat saya membeli teh dalam botol dengan rasa jambu. Iseng-iseng saya putar-putar botolnya dan JENG JENG!!! (efek suara, biar agak dramatis sedikit) mata saya tertuju pada tulisan di kemasan botolnya:

"MINUMAN TEH RASA JAMBU KLUTUK".


Oooo-kay....... Jambu Klutuk. JAMBU KLUTUK!?!?! Eeeee bukankah seharusnya Jambu BATU ya?!?!

Penasaran, saya buka Kamus Besar Bahasa Indonesia versi Online (di sini) dan melakukan pencarian. Hasilnya ada beberapa istilah untuk jambu, diantaranya Jambu Batu yang sama artinya dengan Jambu Biji (Eugenia jambos) dan Jambu Bol (Psidium guajava). Jika melihat versi Inggrisnya yang menggunakan nama GUAVA, saya rasa terjemahan yang lebih tepat adalah Jambu Bol.
Jadi, tulisan di kemasan minuman teh dalam botol tersebut seharusnya adalah:
"MINUMAN TEH RASA JAMBU BOL".
Hihihihihihihi.... aneh juga ya?!?!

Cerita dua: HOT.
Masih berkaitan dengan minuman teh dalam botol, kali ini saya tiba-tiba ingin minum es. Dikarenakan tidak ada warung yang buka, akhirnya saya harus memuaskan diri dengan teh dalam botol dingin. Setidaknya kan sama-sama dingin hehehe...

Saya lumayan suka teh dalam botol yang beraroma jambu BOL (lihat cerita pertama). Kali ini saya menemukan rasa yang agak aneh, ugh, unik: "MINUMANN TEH RASA JAMBU KLUTUK & SENSASI PEDAS". Lebih karena iseng dari pada penasaran, saya ambil minuman tersebut.
Tulisan di kemasan.
Foto lebih dekat tulisan di kemasan.
 Dan rasanya? JENG JENG JENG!!! (lagi-lagi efek suara) rasanya... emmmmm... mmmmm....susah diungkapkan dengan banyak kata, namun saya rasa bisa digambarkan dengan kata ANEH.

Yup, rasanya aneh, aroma jambu dengan pedas-pedas yang tidak pedas, dengan bumbu rasa dan aroma LANGU (apa itu langu? silakan cari di KBBI online). Benar-benar membuat kapok, bukan karena pedas, tetapi karena aneh hihihihi.... Mas-mas, mbak-mbak, bapak-bapak, atau ibu-ibu yang di bagian R&D teh dalam botol, coba deh, dirasakan dulu rasa produk anda sebelum dipasarkan, sebab saya berani bilang, produk percobaan anda kali ini adalah GAGAL TOTAL. Saya rasa ada yang salah dengan lidah para tester dan orang-orang di R&D hihihi....

Cerita tiga: Terjemahan.
Kalau dua cerita sebelumnya menceritakan tentang teh dalam botol, kali ini cerita mengenai pengalaman saya saat berkunjung ke toko Gramedia di daerah Matraman Jakarta. Seperti penduduk Jakarta dan pecinta buku Jakarta ketahui, Gramedia Matraman ini termasuk Gramedia terbesar, dengan 3 lantai berisi berbagai macam buku plus lantai dasar (kenapa ya, kok disebut lantai dasar bukan lantai satu?!?) berisi berbagai macam ATK dan perlengkapan lainnya.

Saya ke Gramedia dengan berat hati untuk membeli buku mengenai pergudangan. Dan saat di sana, entah kenapa kaki saya tiba-tiba berbelok dan melangkah dengan mantab menuju rak bagian............. novel. Go figures.
Anyway, di bagian novel tersebut saya melihat ada beberapa sampul novel dengan judul yang rasa-rasanya akrab di ingatan saya: (dalam huruf kecil-kecil) A House of Night Novel dan dibawahnya (dalam huruf besar-besar) Betrayed dan dibawahnya lagi (dalam huruf sedang) Dikhianati.
Halaman sampul novel kedua House of Night: Betrayed. Modelnya cantik hehe.
 Yep, seri novel House of Night ternyata sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dan sudah sampai ke novel kedua. Untuk versi aslinya sendiri sudah sampai seri ke delapan, dengan satu novela pendek dan novel ke sembilan akan dirilis tanggal 25 Oktober nanti.

Saya sebenarnya sudah lama berniat melakukan ulasan seri novel ini, tapi belum sempat hehehehe.... Jadi untuk yang belum membaca dan ragu untuk memulai seri ini, silakan tunggu satu minggu kedepan, saya akan buat ulasannya, dari seri pertama sampai ke sembilan (no spoiler, janji!). Tapi untuk versi aslinya loh ya, versi bahasa Inggrisnya, sebab saya memang belum membaca yang versi terjemahannya hehehehe...

Anyway, sepertinya semakin banyak novel fantasi yang saya ikuti yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. setelah seri Vampire Academy, lalu ada seri The Wheel of Time, lalu seri House of Night. Kapan ya, Mistborn Trilogy masuk ke sini? Kalau setahu saya, The Painted Man dari Demon Trilogy sudah masuk (saya tidak tahu apakah Desert Spear, seri keduanya, sudah diterjemahkan atau belum). Untuk trilogi The Black Jewels, saya pesimis bisa masuk ke sini dikarenakan ceritanya yang cukup agak erotis.

Anyway, ini foto sampul The Wheel of Time buku pertama yang saya temui di Gramedia:
Sampul versi Indonesia.
Ada banyak buku!!

Komen tentang sampulnya? Permainan warna, huruf, hiasan, grafis bagus, tapi modelnya jelek, dan sangat tidak sesuai dengan deskripsi dari tiga karakter utama (saya menebak tiga orang di depan itu adalah Rand ditengah, Mat, adalah yang berambut keriting di samping kiri dan Perrin di samping kanan). Kalau anda sudah membaca novelnya sampai buku ke-12 (seingat saya), pasti anda akan setuju dengan impresi saya.

Saya hampir kalap saat melihat jajaran buku-buku menarik di Gramedia: The Little House series (karya Laura Ingalls Wilder, tentang pembukaan Amerika, kehidupan para pioneer. Veri Indonesia), lalu ada Sapta Siaga dan Lima Sekawan (berturut-turut Secret Seven dan Famous Five versi Indonesia, karya Enid Blyton) lalu ada karya klasik Jules Verne, dan JENG JENG JENG!!! (semoga belum bosan dengan efek suara ini) novel-novel karya N.H Dini, seorang novelis wanita klasik Indonesia. Saya terutama nafsu sekali melihat novel Langit dan Bumi Sahabat Kami, satu judul dari tiga buku kenangan masa kecil N.H. Dini (dua buku lainnya berjudul Sebuah Lorong di Kotaku dan Padang Ilalang di Belakang Rumah). Dan akhirnya buku tersebut sukses saya bawa pulang hehehe. FYI, novel-novel yang saya sebutkan di atas adalah judul novel-novel yang menemani saya dari SD hingga SMA. Karena itulah novel-novel tersebut memiliki tempat tersendiri di hati saya sambil menghapus setitik air mata.

Yap, sekian berbagi pengalaman saya, mohon maaf jika membosankan, dan terima kasih jika menghibur.

Tuesday, October 11, 2011

Review: Huawei S7 Slim (S7-201U) -- Updated


Awalnya dikarenakan ibu yang ikut mengantar saya berburu ponsel, akhirnya ibu jadi ngebet pengen tablet-phone (itu lho, tablet yang ada fasilitas nelponnya) gara-gara megang-megang tablet-phone Nexian Genius di Festival Komputer Indonesia beberapa waktu yang lalu. Sejak saat itu beliau rajin mencari info buat tablet-phone dibawah tiga juta. Hahahaha ibuku sayang, mana ada tablet-phone dengan harga segitu? Paling murah 3 juta, itu pun dari merek bukan pemain besar (di Indonesia loh yah, bukan di dunia).

Beliau sempat hendak membeli Nexian Genius, tapi selalu tertunda dikarenakan berbagai hal, dan akhirnya kemarin saya melihat ada iklan Bursa Gadget Indosat (maaf, bukan promosi loh yah, cuma bagi-bagi info saja. Infonya di sini, posternya di sini), dimana di posternya disebutkan tablet Huawei S7 Slim dijual dengan harga 2,6 juta dari harga pasaran 2,9-3 juta. Langsung ibu bergegas menyeret anaknya ini ke lokasi.....
Update: Tablet Huawei S7 Slim yang ibu saya beli ini adalah versi 201U ( Huawei S7-201U).

Anyway, tablet sudah di rumah, dan sudah mulai diobok-obok, walau belum sempat diperkosa (maaf efek stress kerjaan). Dan saya sempat-sempatnya menyempatkan untuk menulis review-nya (walau sudah ketinggalan jaman banget, secara ini tablet sudah keluar cukup lama).

Dari sisi hardware, tablet ini cukup powerful: prosesor ARM v7 dengan clock 1 GHz, ram 512 Mb, memory internal 8 Gb, layar 7 inchi 800x480 pixel, kamera utama (belakang) 3.2 MPx kamera sekunder (depan) VGA. Layar sudah capacitive dengan dukungan multi-touch. Bluetooth, WiFi, GPS, 3G/HSPDA, GSensor, Face-detector dll dsb standar android lah. Cukup hig-end.

Dari sisi OS, Huawei membenamkan Android Froyo (2.2) ke tablet ini. Tak lupa Huawei juga memberikan launcher custom dengan nama HELIX (Huawei Emotion LIbrary eXtension) yang cukup menarik tampilannya. Tak hanya di launcher, kustomisasi yang dilakukan Huawei tampak juga di widget, aplikasi pemutar musik, video, penampil gambar/foto, Stream - aplikasi semacam pusat untuk melihat pesan; email; update facebook; twitter; telpon dll - bahkan ke menu SMS dan panel atas android (termasuk notification area).

Sayangnya, HELIX ini lumayan berat, bahkan dengan spesifikasi S7 yang cukup tinggi, terasa adanya lag saat akses menu, home, pindah layar dsb. Sayang sekali, padahal tampilan HELIX ini lumayan menarik. Dan lagi, kustomisasi HELIX ini agak terbatas, dimana kita hanya bisa mengganti wallpaper dan menambah/mengurangi widget dan shortcut saja, kita tidak bisa menambah maupun mengurangi jumlah halaman desktop launcher. Dan tampilan menu-nya pun standar, masih scroll atas bawah. Selain itu, bar yang berada di atas layar terlalu besar, sehingga mengurangi penampang layar. Sayang sekali.

Performa terasa lebih baik saat saya mengganti launcher default menjadi Zeam launcher, launcher paling ringan yang pernah saya temui dan coba. Scroll menu terasa lebih smooth dan tablet lebih responsif. Hanya saja, bar atas custom dari Huawei yang berukuran jumbo itu terasa mengganggu... Mungkin saya harus meng-install custom ROM yang sudah dibersihkan HELIX-nya....

Dari sisi media penyimpanan, cukup besar juga, 8 Gb dalam bentuk internal microsd. Unit yang ibu saya terima ini sepertinya sudah di-tweak oleh Huawei, dimana internal microsd ini sudah dipartisi jadi dua: 2,75 Gb dalam format ext4 (!!!!) dan sisanya sekitar 6 Gb dalam bentuk FAT32. Partisi EXT4 digunakan sebagai internal memory dengan menggunakan sistem app2sd. Ini terdeteksi saat saya mencoba link2sd, dimana beberapa aplikasi besar terbaca sudah dipindah ke partisi EXT4 ini dengan metode app2sd.

Rooting bisa dilakukan menggunakan SuperOneClick. Caranya cukup mudah, tinggal ikuti langkah-langkah yang ditulis pembuatnya dan S7 siap diapa-apakan. Rooting ini sangat berguna, terutama untuk meng-install SetCPU, sehingga bisa memanjangkan umur batterai S7 yang awalnya hanya sekitar 3-4 jam, menjadi lebih dari 6 jam (!!!). Mantab.

Kamera bawaan S7 terbilang standar, dengan fitur standar pula. Video player bawaan hanya bisa membaca H.264 dan MPEG4 (720p HD), sedangkann audio playernya hanya bisa membaca format MP3, AMR, AAC (android kok nggak bisa baca OGG, FLAC dan MKV --"). Tapi tidak usah khawatir, tinggal install pemutar alternatif yang sangat banyak pilihannya di Market. Saya belum mencoba sampai sejauh apa kemampuan hardware S7 dalam memutar video (dikarenakan tidak ada berkas video HD-nya hahahaha).

Bosan dengan ulasan kata-kata? Silakan nikmati tangkapan layar S7 berikut ini:

 Tampilan halaman home launcher default HELIX.

Spesifikasi yang kuat bisa menjalankan live wallpaper dengan lancar.

 Tampilan Notification Area yang sudah dikustomisasi oleh Huawei. Ada Task Manager  juga.

 Tampilan halaman Web launcher default HELIX.

Kustomisasi juga dapat dijumpai di icon panel. Klik icon sinyal dan muncul pilihan seperti ini. Hal yang serupa terdapat di icon baterai dan brightness (icon seperti bunga).

Tampilan menu HELIX.


Tampilan halaman setting. Warna-warni dengan background putih yang cukup menarik.

Tampilan halaman tentang tablet.

 Informasi sistem dengan aplikasi Android System Info.

Informasi mengenai hardware dengan aplikasi Android System Info.

Overall, S7 ini layak untuk dibeli, apalagi jika ada acara diskon seperti yang diadakan Indosat ini. Hardware yang powerfull, dengan dukungan vendor yang cukup bagus, dan seabreg keunggulan Android. Cepat ke Mall Ambassador, promonya hanya dari tanggal 10 sampai 16 Oktober 2011!!! Recommended!!

Monday, October 03, 2011

Review: Vampire Academy Series

"As Dhampir bodyguard to-be, Rose Hathaway must fight Strigoi and other vampire with evil intentions to protect her charge, and her best friend, Vasilisa  "Lissa" Dragomir. Complications come when she meet Dimitri Belikov, her new instructor, prodigy in his own right, and not to mention handsome (or HOT as Rose put it). Torn between love and duty, Rose must fight her way out from tons of trouble, danger, and if she can help it, death..."
Foto courtesy wikipedia.

Kali ini saya ingin mereview seri novel Vampire Academy. Sebenarnya sudah lama seri ini keluar, bahkan spin off-nya sudah ada, tapi baru kali ini tidak malas sempat menulis review-nya hehehe...
Oke, langsung saja, seri novel kali ini bernama Vampire Academy yang terdiri dari 6 buku. Kisahnya ditulis dari sudut pandang Rose Hathaway, seorang dhampir (sebutan untuk hibrid vampire-manusia) yang ditugaskan untuk menjadi pengawal pribadi seorang putri dari bangsawan vampir (Lissa Dragomir). Kita bisa mengikuti kehidupan sehari-hari Rose, interaksinya dengan dhampir dan vampir lain yang juga bersekolah di St. Vladimir, dan petualangannya menghadapi berbagai tantangan dan bahaya yang menghadang.

Dari originalitas, vampir di novel ini cukup old school (dalam artian: bertaring, tak bisa hidup tanpa darah manusia, tidak tahan sinar matahari dan api, punya magic -- walau magic-nya agak berbeda dengan original vampire Dracula), walau agak menyimpang sedikit seperti sistem magic-nya, kemampuan untuk memasuki gereja dan kemampuannya terkena sinar matahari walau hanya sebentar. Vampire jahat yang digambarkan di novel ini sesuai dengan gambaran standar: Strigoi. Ada juga yang disebut Alchemist, manusia yang menggunakan sains untuk menutupi keberadaan vampir dan strigoi dari pengetahuan manusia biasa.

Gaya penulisan cukup straight-forward, mudah diikuti. Intrik-intrik cukup bagus penjalinanya walau di beberapa bagian kita bisa menebak arah cerita. Namun cukup banyak kejutan yang membuat gemas dan penasaran.
Karakterisasi cukup dalam, setidaknya untuk tokoh-tokoh utama. Kita bisa dengan mudah membayangkan bagaimana wujud Rose, Adrian, Dimitri, Abey Mazur, Lissa dsb. Deskripsi lokasi dan kejadian juga cukup detil, walau terkadang agak kurang di beberapa bagian.

Yang saya rasa kurang adalah ending cerita di novel keenam (Last Sacrifice). Ending novel terasa seperti terburu-buru, dan sangat mudah ditebak, memberi kesan "cuma begitu saja". Kurang menggigit. Berbeda dengan ending kelima novel sebelumnya yang memberikan perasaan lega dan puas. Dan banyak hal yang belum dijelaskan diending novel tersebut. Namun mungkin sengaja dibuat begitu untuk menarik fans ke spin-off seri ini, Bloodline, yang menceritakan cerita baru dengan tokoh utama dari seri Vampire Academy ini. (spoiler alert! Blok untuk melihat. Nama tokoh utama di seri spin-off baru, Bloodline adalah: Sydney Sage, alchemist yang membantu Rose di beberapa bagian).

Ceritanya sederhana, berpusat dikehidupan anak SMA dengan bumbu aksi dan cinta-cintaan. Anda tidak perlu berpusing ria dengan berbagai macam intrik yang saling berjalinan (The Black Jewel Trilogy), atau tokoh yang sangat banyak dengan ceritanya masing-masing (The Wheel of Time Series). Namun juga tidak se-self centered atau love-dovey, atau obsesif ala Twilight (kabursebelumdigebukfanstwilight). Ringan, seru, dengan bumbu aksi yang cukup. Recommended (kecuali ending seri yang kurang menggigit).

PS: Seri Vampire Academy ini sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia lho!!! Silakan cari di Gramedia atau toko buku terdekat, atau beli secara online. Selamat berburu!!!