Aneka Ria? Seperti judul acara televisi ya? Hehehe saya rasa cocok untuk tulisan kali ini. Ya, seperti namanya, tulisan kali ini isinya ada beberapa macam dan saya harap, bisa membuat anda ceria.
Oke, langsung saja, cerita satu: JAMBU.
Awalnya saat saya membeli teh dalam botol dengan rasa jambu. Iseng-iseng saya putar-putar botolnya dan JENG JENG!!! (efek suara, biar agak dramatis sedikit) mata saya tertuju pada tulisan di kemasan botolnya:
"MINUMAN TEH RASA JAMBU KLUTUK".
Oooo-kay....... Jambu Klutuk. JAMBU KLUTUK!?!?! Eeeee bukankah seharusnya Jambu BATU ya?!?!
Penasaran, saya buka Kamus Besar Bahasa Indonesia versi Online (di sini) dan melakukan pencarian. Hasilnya ada beberapa istilah untuk jambu, diantaranya Jambu Batu yang sama artinya dengan Jambu Biji (Eugenia jambos) dan Jambu Bol (Psidium guajava). Jika melihat versi Inggrisnya yang menggunakan nama GUAVA, saya rasa terjemahan yang lebih tepat adalah Jambu Bol.
Jadi, tulisan di kemasan minuman teh dalam botol tersebut seharusnya adalah:
"MINUMAN TEH RASA JAMBU BOL".
Hihihihihihihi.... aneh juga ya?!?!Cerita dua: HOT.
Masih berkaitan dengan minuman teh dalam botol, kali ini saya tiba-tiba ingin minum es. Dikarenakan tidak ada warung yang buka, akhirnya saya harus memuaskan diri dengan teh dalam botol dingin. Setidaknya kan sama-sama dingin hehehe...
Saya lumayan suka teh dalam botol yang beraroma jambu BOL (lihat cerita pertama). Kali ini saya menemukan rasa yang agak
Tulisan di kemasan. |
Foto lebih dekat tulisan di kemasan. |
Yup, rasanya aneh, aroma jambu dengan pedas-pedas yang tidak pedas, dengan bumbu rasa dan aroma LANGU (apa itu langu? silakan cari di KBBI online). Benar-benar membuat kapok, bukan karena pedas, tetapi karena aneh hihihihi.... Mas-mas, mbak-mbak, bapak-bapak, atau ibu-ibu yang di bagian R&D teh dalam botol, coba deh, dirasakan dulu rasa produk anda sebelum dipasarkan, sebab saya berani bilang, produk percobaan anda kali ini adalah GAGAL TOTAL. Saya rasa ada yang salah dengan lidah para tester dan orang-orang di R&D hihihi....
Cerita tiga: Terjemahan.
Kalau dua cerita sebelumnya menceritakan tentang teh dalam botol, kali ini cerita mengenai pengalaman saya saat berkunjung ke toko Gramedia di daerah Matraman Jakarta. Seperti penduduk Jakarta dan pecinta buku Jakarta ketahui, Gramedia Matraman ini termasuk Gramedia terbesar, dengan 3 lantai berisi berbagai macam buku plus lantai dasar (kenapa ya, kok disebut lantai dasar bukan lantai satu?!?) berisi berbagai macam ATK dan perlengkapan lainnya.
Saya ke Gramedia
Anyway, di bagian novel tersebut saya melihat ada beberapa sampul novel dengan judul yang rasa-rasanya akrab di ingatan saya: (dalam huruf kecil-kecil) A House of Night Novel dan dibawahnya (dalam huruf besar-besar) Betrayed dan dibawahnya lagi (dalam huruf sedang) Dikhianati.
Halaman sampul novel kedua House of Night: Betrayed. Modelnya cantik hehe. |
Saya sebenarnya sudah lama berniat melakukan ulasan seri novel ini, tapi belum sempat hehehehe.... Jadi untuk yang belum membaca dan ragu untuk memulai seri ini, silakan tunggu satu minggu kedepan, saya akan buat ulasannya, dari seri pertama sampai ke sembilan (no spoiler, janji!). Tapi untuk versi aslinya loh ya, versi bahasa Inggrisnya, sebab saya memang belum membaca yang versi terjemahannya hehehehe...
Anyway, sepertinya semakin banyak novel fantasi yang saya ikuti yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. setelah seri Vampire Academy, lalu ada seri The Wheel of Time, lalu seri House of Night. Kapan ya, Mistborn Trilogy masuk ke sini? Kalau setahu saya, The Painted Man dari Demon Trilogy sudah masuk (saya tidak tahu apakah Desert Spear, seri keduanya, sudah diterjemahkan atau belum). Untuk trilogi The Black Jewels, saya pesimis bisa masuk ke sini dikarenakan ceritanya yang
Anyway, ini foto sampul The Wheel of Time buku pertama yang saya temui di Gramedia:
Sampul versi Indonesia. |
Ada banyak buku!! |
Komen tentang sampulnya? Permainan warna, huruf, hiasan, grafis bagus, tapi modelnya jelek, dan sangat tidak sesuai dengan deskripsi dari tiga karakter utama (saya menebak tiga orang di depan itu adalah Rand ditengah, Mat, adalah yang berambut keriting di samping kiri dan Perrin di samping kanan). Kalau anda sudah membaca novelnya sampai buku ke-12 (seingat saya), pasti anda akan setuju dengan impresi saya.
Saya hampir kalap saat melihat jajaran buku-buku menarik di Gramedia: The Little House series (karya Laura Ingalls Wilder, tentang pembukaan Amerika, kehidupan para pioneer. Veri Indonesia), lalu ada Sapta Siaga dan Lima Sekawan (berturut-turut Secret Seven dan Famous Five versi Indonesia, karya Enid Blyton) lalu ada karya klasik Jules Verne, dan JENG JENG JENG!!! (semoga belum bosan dengan efek suara ini) novel-novel karya N.H Dini, seorang novelis wanita klasik Indonesia. Saya terutama nafsu sekali melihat novel Langit dan Bumi Sahabat Kami, satu judul dari tiga buku kenangan masa kecil N.H. Dini (dua buku lainnya berjudul Sebuah Lorong di Kotaku dan Padang Ilalang di Belakang Rumah). Dan akhirnya buku tersebut sukses saya bawa pulang hehehe. FYI, novel-novel yang saya sebutkan di atas adalah judul novel-novel yang menemani saya dari SD hingga SMA. Karena itulah novel-novel tersebut memiliki tempat tersendiri di hati saya
Yap, sekian berbagi pengalaman saya, mohon maaf jika membosankan, dan terima kasih jika menghibur.
0 comments:
Post a Comment