Monday, December 12, 2011

Review: The Road


The boy turned in the blankets. Then he opened his eyes. Hi, Papa, he said.
I’m right here.
I know.
Biasanya novel yang saya baca adalah novel epic/high fantasy, tapi kali ini saya iseng mencoba novel post-apocalyptic. Sesuai namanya, genre ini berkutat di dunia setelah terjadinya bencana besar, yang mengubah total kehidupan manusia. Judul novelnya adalah The Road, yang bila diartikan ke bahasa Indonesia kira-kira menjadi "Jalan".

Novel ini mengikuti perjalanan seorang pria dan anaknya menuju daerah selatan amerika untuk mencari iklim yang lebih hangat, menghindari musim dingin. Dalam perjalanan, mereka harus menghadapi berbagai macam halangan: salju tebal, persediaan makanan yang menipis, dingin, dan kebrutalan sisa-sisa manusia yang rela melakukan segalanya demi bertahan hidup (termasuk kanibalisme).
You can read me a story, the boy said. Cant you, Papa? Yes, he said. I can.
Dunia tempat novel ini berlangsung adalah dunia yang gelap, dingin, hitam, sepi. Dunia ini setelah terjadinya suatu bencana yang tidak dijelaskan, dengan sisa berupa api yang masih sering membakar hutan dan berbagai benda di permukaan bumi. Langit dan udara dipenuhi asap dan abu, matahari tertutup, bahkan hujan dan salju pun tercampur abu. Rentang waktu di novel ini tidak terlalu jelas, mungkin beberapa bulan, tidak ada penanda waktu selain siang-malam.
The boy took the can. It’s bubbly, he said.
Go ahead.
He looked at his father and then tilted the can and drank. He sat there thinking about it. It’s really good, he said.
Yes. It is.
You have some, Papa.
I want you to drink it.
You have some.
He took the can and sipped it and handed it back. You drink it, he said. Let’s just sit here.
It’s because I wont ever get to drink another one, isnt it?
Ever’s a long time.
Okay, the boy said.
Jujur, awal-awal novel saya sempat malas, seperti saat membaca novel Mistborn buku pertama, sebab dunia yang bleak seperti ini membosankan, tidak ada warna-warna cemerlang yang saya kejar dari genre epic/high fantasy. Tapi setelah meneruskan membaca, saya menjumpai sesuatu yang indah di dunia yang kelam, bleak dan dingin ini: cinta sang ayah ke putranya, kepolosan (innocence) dari sang anak, dan bagaimana mereka berjuang memegang teguh prinsip kemanusiaan. Luar biasa.

Cerita diambil dengan sudut orang ketiga, dan dari semua tokoh, hanya satu yang diberi nama. Bahkan tokoh utama disebut sebagai The Man dan The Boy, tanpa ada penjelasan nama, latar belakang, kota asal, usia dll. Bahkan deskripsi fisik tokoh pun sangat minim, dan hanya di beberapa bagian saja.
We’re going to be okay, arent we Papa?
Yes. We are.
And nothing bad is going to happen to us.
That’s right.
Because we’re carrying the fire.
Yes. Because we’re carrying the fire.
Tidak ada intrik-intrik yang rumit di novel ini, cerita berjalan lurus dan sederhana. Bahkan klimaks bukan adegan penuh aksi, dan memang di novel ini aksi sangatlah minim, namun cerita yang sederhana ini justru mampu membangun emosi yang sangat kuat. Keindahan sederhana yang disuguhkan novel ini benar-benar membekas.

Dialog sangat minim, namun dialog minim ini membuat kesan yang dalam. Dan harus saya akui, salah satu keindahan dari novel ini terletak di dialognya yang sederhana, namun sangat kuat.
Just wait here, he said.
I’m going with you.
I thought you were scared.
I am scared.
Okay. Just stay close behind me.
Ending novel ini sederhana, dan bisa ditebak, namun pembangunan ending, penggambaran suasana dan dialog sederhana yang kuat, membuat ending novel ini tidak berkesan begitu saja. Perpindahan fokus dari sang ayah ke si anak di bagian ending, justru membuat ending yang indah, sedih dan bahagian. Benar-benar menggugah emosi.
I dont know what to do.
Shh. I’m right here. I wont leave you.
You promise.
Yes. I promise. I was going to run. To try and lead them away. But I cant leave you.
Papa?
Shh. Stay down.
I’m so scared.
Shh.
Jangan frustasi dulu dengan awal-awal novel yang sangat kelam dan bleak, karena jika anda mampu bersabar membaca novel The Road ini, anda akan menemui berbagai keindahan yang tidak ada di novel lain. Sederhana, namun sangat membekas.
Recommended!!!

0 comments: