Kenalkan Zoey Redbird, gadis remaja biasa yang hidupnya berubah total setelah ditandai dengan tato bulan sabit biru di dahinya, tato yang menandai Zoey sebagai fledging, atau lebih tepatnya vampyre fledging dan harus memulai hidup barunya di House of Night. Di sana, Zoey harus berjuang agar bisa diterima oleh lingkungan barunya, menghadapi masa lalunya yang terus menghantuinya, saingan, cinta dan berbagai macam masalah lainnya. Hidup Zoey menjadi lebih rumit saat tirai misteri mulai terkuak, membuka kegelapan yang jauh lebih kelam, gelap dan mengerikan dibandingkan kehidupan remaja vampyre di House of Night...Sesuai dengan janji yang saya tulis di post sebelumnya, kali ini saya akan melakukan review novel House of Night. Sedikit latar belakang, di seri novel ini, gambaran vampir (atau vampyre jika mengikuti istilah di novel) berbeda dengan vampir di novel Anita Blake: Vampire Hunter atau Twilight Saga. Vampir di novel House of Night adalah semacam sub-ras dari manusia yang hidup secara terbuka bersama-sama dengan manusia moderen. Mungkin tidak sampai level tinggal bersebelahan rumah, naik bus umum yang sama atau sebagainya, namun setidaknya mereka terbuka dengan manusia biasa, dan kehadirannya dianggap normal. Setidaknya di novel Anita Blake, vampir baru diterima secara legal di beberapa negara, di House of Night, vampir adalah legal dan umum.
Sedikit yang kurang enak menurut saya adalah bagaimana vampir digambarkan sebagai semacam klan elit yang selalu lebih baik dari manusia biasa. Mereka hidup secara eksklusif, dengan berbagai bakat dan berkah, dengan berbagai fasilitas dan kemudahan yang datang bersama kekayaan yang melekat erat dengan dunia vampir di dunia House of Night. Semua kemudahan dan hal-hal indah ini membuat kesan yang tidak riil, tidak nyata, karena kita semua tahu, dunia tidak seindah yang ada di dunia vampir yang digambarkan di sini. Membaca seri novel House of Night selalu memberikan kesan ke saya seperti sinetron Indonesia: dunia orang kaya, dengan berbagai hal yang terkadang tidak masuk akal. Saya pribadi lebih cocok dengan dunia vampir Anita Blake yang terasa jauh lebih nyata, dimana vampir beragam seperti manusia biasa: kaya, miskin, cantik, jelek, biasa, kurus, gemuk, dll.
Dari segi penceritaan sendiri, novel ini bagus, gambaran emosi Zoey bisa mudah dicerna, terutama karena sudut pandang yang diambil. Character development bagus, walau terkadang terkesan kurang dalam. Mungkin ini dikarenakan sudut pandang dan sasaran dari novel ini yaitu remaja sma. Saya rasa masih pantaslah jika kedalaman emosional dan karakter tidak sedalam novel yang diperuntukkan untuk usia yang lebih dewasa. Membuat saya bertanya-tanya, apakah memang remaja sekarang sedangkal itu?!? (ugh, I'm sure I wasn't that shallow!!!). Hehehehe abaikan, ini karena saya terlalu banyak membaca novel dewasa, dan karena dewasa sebelum waktunya.....
Kalau untuk remaja SMP/SMA saya rasa masih bisa dimengerti kedalaman penggalian karakter dan emosi di novel ini.
Penggalian dan pengembangan karakter kurang dalam untuk karakter yang lain. Di sini, yang paling saya rasakan karakter pengembangan yang dalam adalah di Zoey (tentu saja), lalu Stevie Rae. Nefferet digambarkan standar (spoiler allert!!! Nefferet digambarkan sebagai tokoh jahat standar saja). Damien penggambaran agak lebih dalam daripada Si Kembar. Si Kembar baru mulai tergali pada novel ke sembilan (Destined) yang dirilis 25 Oktober lalu. Bayangkan! Baru digali lebih dalam setelah novel kesembilan....(as the twin would said: Sad, twin, that's just so sad....). Lalu ada si Aphrodite yang..... standar banget (sekali lagi, silakan baca novelnya).
Di sistem magis, sosial dll dapat dengan jelas dilihat dasar Wiccan yang digunakan. Ada elemen-elemen (angin, api, air, tanah, spirit -- mirip dengan lima macam weave yang digunakan di The Wheel of Time), lalu ada gift, atau bakat yang merupakan berkah dari Nyx, Dewi yang disembah oleh para vampir. Adapula sentuhan Indian (atau lebih tepatnya American -- Native American). Sistem magisnya cukup tradisional, tapi tradisional diposisi yang berbeda dengan Harry Potter.
Banyak disisipi puisi, judul-judul buku, lalu ada satiran dari nama-nama orang terkenal (kebanyakan dijadikan vampir, memberikan kesan vampir adalah dominan di segala bidang terutama dalam bidang seni).
Intrik-intrik terjalin dengan cukup bagus, walau kadang bisa ditebak dan sederhana, sekali-lagi, seperti sinetron indonesia. Namun untunglah tidak se-obsessive-compulsive ala Twilight saga...... (kaburrrrrr).
Penjalinan jalan ceritanya oke, mengalir dengan menarik, tidak terasa saya sudah sampai di akhir buku. Penggambaran adegan juga bagus, ketegangan terbangun dengan bagus, adegan mengharukan, menjengkelkan dan sebagainya bisa dirasakan dengan jelas. Sayang makin ke belakang kok makin banyak air mata dan ....ingus. Eww... yuck... Get a grip, or better yet, tissue paper, Zoey!!!
Secara garis besar seri novel ini sederhana, menghibur dengan cukup banyak sentuhan cool-factor yang menarik. Mungkin agak dangkal, namun masih bisa diterima. Seri novel ini bisa memberikan suasana yang berbeda dari novel vampir lain (Anita Blake, Twilight), dan membuat ciri khasnya sendiri. Reccomended.