Tuesday, March 30, 2010

Just One More Step...

Sore tadi sekitar jam setengah empat, ponsel saya menyanyikan Russian Roulette-nya Rihanna. Selesai menerima telepon, saya gembira sekali, sampai melompat-lompat :D. Telepon tadi mengabarkan kalau hasil tes psikometri dan bahasa Inggris (plus wawancara dalam bahasa Inggris) saya memenuhi syarat untuk mengikuti tes kesehatan. YAY!!!! Alhamdulillah.... satu langkah lagi... semoga lancar ya Allah... :D

Sebenarnya cuma ingin share kebahagiaan itu aja sih, tapi karena sepertinya kok terlalu pendek, jadi saya tambah dua hal yang nggak penting pake banget :D
Kemarin iseng melihat situs DotA, eh ternyata IceFrog sudah merilis peta terbaru, versi 6.67b. Huh?!? B?!? Yup, saya kelewatan yang versi 6.67-nya :D. Btw, changelog-nya cukup panjang, tapi yang menarik perhatian saya adalah adanya mode baru: Capture Point. Intinya sih semacam permainan capture flag, hanya bedanya di sini bendera diganti dengan lokasi dan membutuhkan waktu beberapa saat sebelum satu titik captured. Selain itu tiap lokasi memberikan buff yang berbeda-beda ke tim, ada regen, damage, armor, as dan ms. Menarik.
Yang lain, remake beberapa skil hero: Luna (aura %dmg --> aura pure dmg + range night vision), Maknyus (great cleave --> Skewer, Empower --> dmg+cleave) , Po-on (mata--> burung asli warcraft+bisa nyerang), Bon-cling-cling (ultimate), Semut <--> kumbang (tukeran skill, semut dapet skil baru, manggil serangga nempel ke musuh), dan Si Buta dari Goa DotA (isep-isep --> isep-isep musu atau ngasih nyawa ke temen).
Lalu ada item baru: Ethereal Blade (dagon versi agility. Seperti gabungan dagon dan skil pasif ii-maru) dan Soul Ring (RoR + Sobi. Poor mans arcane ring :D). Sisanya tweak-tweak, eye candy (aduh, sakit banget ni, permen masuk mata :P) bug-fix dll, dsb. Selengkapnya baca saja di sini.

Hm.. .yang kedua (tiga), ketemu lagu bagus: Alex Swings Oscar Sings album Heart 4 Sale dan Krassimir Avramov album Popera. Keduanya awalnya dengar dari Eurovision Song Contest Moscow 2009, kok bagus, carilah albumnya dan dapat >:). Yang Krassimir ini album lawas, dari tahun 2005. Krassimir ini male sopran, suaranya smooth banget. Enak deh :). Kalau si Alex-Oscar ini, duo aliran swing. Keren, jadi pengen goyang-goyang hahahahaha :)). Dari album Heart 4 Sale, kesukaan saya itu lagu yang judulnya Heart 4 Sale. Soft jazz tapi enaaaaaaak banget :D (I'm not fan of Jazz <-- this is one kind of music I can't understand LOL). Kalau dari Krassimir, Bolero, Just Let It Be, Aria dan Madness of Greatness. Coba saja dicari, siapa tahu cocok dengan seleranya (or pm me for the link >:) LOL)

Wednesday, March 24, 2010

Conky - A Lightweight System Monitor

Apa sih conky? Conky itu perangkat lunak untuk monitor sistem seperti cpu, jaringan, suhu, harddisk, email, update dan lain-lain. Lalu, apa sih yang membuat conky populer? Conky itu sangat ringan, sebab dia tidak membutuhkan GUI yang rumit untuk menampilkan outputnya, dia langsung menggunakan X Window. Sederhananya, dia "menggambar" outputnya langsung di desktop, dan tidak tergantung dengan desktop manager yang digunakan.
Conky tersedia untuk Linux dan BSD (dan turunannya). Untuk windows, ada perangkat lunak bernama Samurize, tapi tetap ada perbedaan antara conky, dan samurize.

Di Linux, conky umumnya sudah tersedia di repositori. Silakan buka manager perangkat lunak atau manager paket distro anda dan lakukan pencarian terhadap conky. Saya sendiri menggunakan Linux Mint yang berdasar Ubuntu, jadi proses pemasangan di Linux Mint dapat menggunakan Synaptic atau lewat command line atau konsol dengan mengetik:
sudo apt-get install conky
atau:
sudo aptitude install conky
Pastikan sistem anda terhubung dengan internet atau repositori lokal anda terpasang dengan baik. Sistem akan mengunduh conky dan memasangnya di sistem anda. Setelah terpasang dengan baik, conky dapat dijalankan dengan mengetikkan conky di command line atau konsole atau kotak perintah run, atau dengan mengklik ikon di sistem menu jika tersedia.

Tampilan default conky adalah seperti ini:


Dengan menjalankan perintah conky dari command line, maka conky akan terkait dengan command line yang anda buka. Jadi, jika anda tutup jendela command line tempat anda menjalankan conky, maka conky juga akan ikut tertutup. Untuk mencegah hal ini anda dapat menjalankan conky sebagai daemon (semacam background process jika anda di Windows) dengan perintah:
conky -d
Dengan ini anda dapat menutup jendela command line dan conky akan tetap berjalan.

Conky memiliki kemampuan untuk dikonfigurasi yang sangat baik, anda dapat menggabungkan conky dengan berbagai skrip/bahasa pemrograman lain, yang umum digunakan adalah lua dan python.
Tampilan conky dapat dikustomisasi sesuai selera dengan mengedit berkas .conkyrc di folder Home anda. Tampilkan berkas tersembunyi terlebih dahulu karena berkas dengan tanda titik didepan nama berkas menunjukkan berkas tersebut sebagai berkas tersembunyi. Selain berkas .conkyrc, conky sebenarnya juga dapat menampilkan tampilan sesuai konfigurasi di berkas lain, asalkan kita tunjukkan lokasi berkas konfigurasi yang kita buat dengan memberi perintah -c di belakang perintah conky:
conky -c /lokasitempatandamenyimpan/berkaskonfigurasianda
Misalkan di sistem saya, conky saya perintahkan untuk membaca berkas konfigurasi di direktori .conky di direktori Home saya, perintahnya:
conky -d -c ~/.conky/.conkycuaca
Di linux, simbol ~ (tombol di kiri atas, biasanya diatas Tab, dan tepat di sebelah kiri tombol angka satu) menunjukkan direktori home anda, jadi jika kita mengetik:
cd ~
di command line, kita akan dibawa ke direktori home anda (biasanya di /home/namapenggunaanda).

Agar conky dapat berjalan tiap sistem dimulai, anda dapat menambahkan conky di startup (tiap distro berbeda, silakan baca manual/petunjuk distro anda untuk lebih jelasnya). Misalkan di Ubuntu (termasuk Linux Mint standar) anda dapat mencari di Setting > Startup, untuk di Linux Mint Fluxbox CE (varian Linux Mint yang menggunakan fluxbox sebagai desktop manager-nya) dapat dilakukan dengan mengedit berkas startup di direktori .fluxbox di direktori home anda.

Jika conky anda menggunakan beberapa berkas konfigurasi (seperti saya misalnya), anda dapat menambahkan lebih dari satu perintah conky di startup anda. Misalkan, conky saya menggunakan konfigurasi di .conkyrc (berkas default conky), .conkyrc2 dan .conkyrc3, maka saya menambahkan perintah ini di startup saya:
conky -d (untuk conky dengan konfigurasi di .conkyrc)
conky -d -c ~/.conkyrc2 (untuk conky dengan konfigurasi di .conkyrc2)
conky -d -c ~/.conkyrc3 (untuk conky dengan konfigurasi di .conkyrc3)
atau agar lebih sederhana, anda dapat membuat satu berkas skrip (semacam berkas bat di Windows) yang berisikan perintah diatas. Caranya: buka editor teks anda (misalkan Gedit, nano, vi, kate, kwrite, mousepad atau yang lainnya) dan buat berkas kosong di tempat yang anda inginkan (misalkan di home anda), dan isikan perintah anda. Misalkan berkas yang saya gunakan:
#!/bin/bash
sleep 1 &&
conky -d &&

sleep 1 &&
conky -d -c ~/.conkyrc2 &&
sleep 1 &&
conky -d -c ~/.conkyrc3 &&
sleep 1

Silakan ganti dengan lokasi berkas konfigurasi conky anda. Setelah itu, buka command line, pindah ke direktori anda menyimpan berkas skrip tadi dan ketik:
chmod +x namaberkasanda
Perintah ini akan memberikan attribut executable ke berkas anda. Setelah itu, tambahkan perintah ini ke startup anda:
sh /lokasitempatandamenyimpanberkasskrip/namaberkasskripanda
Berikut ini beberapa tangkapan layar sistem saya (dengan conky):
Pada dua tangkapan layar terakhir, perhatikan pojok kanan atas, di situ dapat dilihat conky  dihubungkan dengan dua perangkat lunak pemutar musik yaitu Decibel (lewat fungsi bawaan Decibel) dan Exaile (lewat conkyExaile).
Berbagai fungsi yang disediakan conky dapat dilihat di sini. Selamat mencoba!

Friday, March 12, 2010

Review: dbE PH10

Review ini sengaja akan saya buat singkat, tidak seperti review IEM dbE PR20 yang lalu (yang memang terlalu berlebihan hahahaha). Saya dapat headphone ini dalam kondisi 2nd mint. Oleh pemilik sebelumnya baru digunakan selama sekitar 5 jam. Saat review ini dibuat, kira-kira total penggunaan adalah 7-8 jam, jadi masih bisa disebut fresh out of the box / belum fully burned (rata-rata headphone dengan dynamic driver perlu waktu burn in selama 50 - 100 jam). Suara dibandingkan dengan IEM dbE PR20, walau memang tidak sejenis, tapi keduanya memiliki harga yang hampir sama. Headphone dbE PH10 dapat dijumpai dengan harga Rp. 250.000,00 sedangkan IEM dbE PR20 seharga Rp. 270.000,00.


Paket penjualan:
Headphone dbE PH10 ini datang dengan kotak kertas yang lebih tipis dari kotak PR20. Disainnya standar, walau saya lebih suka kotak PR20 yang terkesan lebih mewah. Di paket penjualannya diberikan case kain keras, seperti dompet-dompet kain. Kotak wadahnya beda dengan yang diberikan Sennheiser PX100 yang lebih mirip kotak kacamata. Selain case, ada mini-mini yang berfungsi sebagai ekstensi kabel, kartu garansi, buku petunjuk dan lembar peringatan kesehatan pendengaran. Headphone-nya dapat dijumpai di dalam case dalam kondisi terlipat. (Foto menyusul. Edit: penambahan foto)


Seperti yang dapat dilihat, ukuran headphone ini sangat kecil, dalam kondisi terbuka berukuran kira-kira sepanjang spidol besar seperti yang terlihat di foto di atas. Dalam kondisi terlipat, ukurannya lebih kecil lagi.

Karakter:
Dibandingkan PR20, PH10 ini lebih warm. Sebenarnya karakter PH10 ini adalah netral cenderung bright, namun tidak se-bright PR20. Nada-nada mid PH10 jauh lebih bagus dibanding PR20. Namun dari sisi bass, PH10 kalah telak, karena PR20 merupakan IEM bassy. Vokal Andrea Bochelli di Canto Della Terra dan Josh Groban di Per Te terdengar jauh lebih berat, lebih mantab dengan PH10. Di PR20, vokal pria terdengar terlalu tipis. Mid PH10 yang lebih bagus juga terdengar dari petikan gitar dan musik latar di Canto Della Terra yang lebih bulat, lebih ramai dibanding saat didengarkan dengan PR20. Di PR20, bass yang deep membuat musik latar dan bass betot yang digunakan terlalu rendah sehingga lagu terkesan lebih sepi, dingin. Suara Eva Cassidy di lagu Field of Gold terdengar lebih intim, lebih bulat, dengan denting gitar yang lebih tebal. Vokal di PH10 jauh lebih forward dibanding PR20 yang memang berkarakter laid-back.

Dari speed, PH10 juga lebih baik dari PR20. Bass PR20 lagi-lagi membuat IEM ini kurang cocok untuk lagu-lagu cepat seperti lagu rock misalnya. Betotan gitar listrik gitaris Avenged Sevenfold di lagu Scream terdengar lebih sangar di PH10 dibanding PR20. Suara vokalis Avenged yang serak dan berat juga terdengar lebih mantab. Walau decay cymbal tidak sejelas di PR20, tapi bass PH10 yang standar (cukup, dalam kuantitas) membuat detil vokal dan raungan gitar terdengar mantab. Secara keseluruhan saya menjumpai PH10 lebih nyaman untuk lagu Rock.

Di lagu-lagu techno (istilah lokalnya, ajeb-ajeb), saya cenderung lebih suka PR20. Bass-nya yang berjumlah besar dengan karakter yang deep membuatnya cocok dengan lagu-lagu seperti ini. PH10 masih mampu terdengar bagus, dengan bass yang tight dan speed yang bagus. Tinggal selera anda, apakah suka ajeb-ajeb dengan bass yang menggelegar atau ajeb-ajeb dengan bass cukup namun lincah

Untuk nada-nada high, PR20 lebih bersinar dari PH10 dengan high-nya yang sparkling. PH10 masih termasuk bright, namun masih kalah dari PR20. Vokal Sarah Brightman yang melengking terdengar lebih jernih di PR20 dari PH10. Tapi terkadang high yang sparkling ini bisa membuat lagu terdengar terlalu menusuk. Beda dengan PH10, high-nya cukup bright, namun tidak sampai sparkling dan menusuk.

Di lagu klasik, saya menjumpai karakter bassy dan sparkling PR20 memberikan kesan megah dan dramatis yang lebih kuat dari PH10. Namun soundstage dan mid PH10 yang lebih bagus, memberikan kesan lebih santai dan hangat. Mungkin detil tidak sebagus PR20 yang memang lebih bright, namun PH10 memberikan detil mid yang lebih bagus. PR20 sebagai IEM, memang susah untuk memberikan soundstage yang lebih besar dibanding PH10 yang headphone.

PR20, karena IEM, memiliki seal yang jauh lebih bagus daripada PH10 yang supra-aural. Memang PH10 termasuk closed, tapi tetap tidak dapat mengalahkan IEM dalam hal meredam suara dari luar. Dan lagi, untuk mencapai kualitas yang sama, PR20 membutuhkan volume yang lebih kecil dari PH10, mungkin selain karena berupa headphone (yang otomatis membutuhkan lebih banyak tenaga), juga karena noise yang lebih banyak.

Kesimpulan:
PH10 ini headphone yang cukup bagus. Dengan harga 250 ribu, headphone ini sangat bagus. Tight bass, mid yang netral dan high yang cukup, membuat headphone ini cocok untuk hampir semua lagu. Detil dan soundstage-nya juga cukup bagus. Ukurannya yang cukup kecil, closed dan dapat dilipat, cocok untuk dibawa ke mana-mana. Kekurangannya, untuk bass head, headphone ini akan terasa kurang mantab, karena bass-nya yang tidak terlalu banyak. Dan untuk lokasi yang terlalu ramai, headphone ini akan kurang cocok karena isolasinya yang tidak terlalu kuat. Lalu, untuk para penyuka headphone full size / circumaural, headphone ini sudah pasti akan terasa kekecilan.