Cover Versi 1 |
Cover Versi 2 |
Asher pergi meninggalkan Resthaven, kota kelahirannya, demi mengejar impiannya untuk membahagiakan ayahnya. Di Dorana, ibu kota Lur sebuah negeri aman tenteram, dimana musim dan cuaca di kendalikan dengan magic, Asher bertemu dengan Gar, pangeran Lur, yang walaupun berdarah Doranen (ras dengan magic), namun terlahir tanpa magic. Di ibu kota Lur inilah petualangan Asher dimulai, petualangan yang akan membawanya menemui takdirnya...
Dua buku ini cukup menarik, walau ending di buku kedua masih meninggalkan beberapa hal yang belum terselesaikan. Saya setelah membaca buku ini, mendapatkan kesan seolah-olah satu buku yang dikarenakan terlalu panjang, akhirnya dibagi menjadi dua buku. Pada kasus buku terakhir The Wheel of Time (A Memory of Light), yang juga karena terlalu panjang akhirnya di bagi menjadi tiga novel, dua novel pertama dari tiga pecahan mampu memberikan kesan novel utuh. Sedangkan dua buku novel tulisan Karen Miller ini, saya merasa lebih mirip dengan seri novel Twilight buku ke empat (Breaking Dawn) yang terdiri menjadi dua bagian besar, namun masih dalam satu buku.
Gaya penulisan enak, sudut pandang Asher sebagai orang biasa, sangat kental terasa mewarnai penggambaran dunia Lur. Kecepatan cerita dibangun dengan bagus, sederhana, dan stabil. Namun terasa ada penarikan atau penguluran waktu di bagian saat Asher kembali ke Dorana di bagian finale dari buku, terlalu datar dan membosankan. Memang kembalinya Asher harus secara diam-diam, namun Karen Miller gagal membuat perjalanan ini menarik.
Dunia yang dibangun Karen Miller di kedua novel ini cukup apik dan menarik. Cukup hidup dan unik, termasuk sistem magisnya. Tembok Barl yang menjulang tinggi di pegunungan menjadi salah satu bagian novel yang melekat kuat dan menjadi bagian khas (iconic) dari novel ini.
Pengembangan karakter tokoh-tokoh utama (Asher dan Gar) terbangun dengan apik. Persahabatan kedua orang yang berbeda kelas dan karakter ini terjalin dengan indah. Namun sayang hal yang sama tidak bisa disebutkan untuk tokoh-tokoh lain yang seharusnya bisa menonjol (Matt dan Dathne). Bahkan tokoh Veira terbangun jauh lebih bagus, dengan presence yang jauh lebih kuat. Sayang sekali...
Ending cerita cukup, walau bagian perkelahian mungkin bisa dibuat lebih lama, seru dan lebih dramatis lagi. Saya merasa bagian finale ini kurang menggigit, kurang legit. Coba bandingkan dengan adegan-adegan perkelahian atau finale di novel-novel The Wheel of Time dan Mistborn yang penuh dengan adegan-adegan dan saat-saat yang bisa membuat saya berseru "Oh. My. GOD!!!" Bahkan novel ringan seperti Vampire Academy dan House of Night pun memiliki finale yang jauh lebih menggigit dibanding kan novel ini.
Terlepas dari berbagai hal yang kurang dari novel ini, saya menjumpai novel ini cukup menghibur. Dan menarik. Cukup sederhana dan ringan, namun dengan sentuhan khas fantasy yang bisa membawa kita ke dunia lain. Bukan dalam taraf seperti The Wheel of Time, Mistborn Trilogy, ataupun The Black Jewels Trilogy, namun masih bisa saya sarankan untuk dibaca.
---------------------------------------------------------
Berikutnya: upgrade firmware/ android Nexian Cosmic Journey ke versi terbaru.
0 comments:
Post a Comment